Makna dan Hikmah Tahun Baru Islam 1 Muharam 1446 Hijriyah

Makna dan Hikmah Tahun Baru Islam 1 Muharam 1446 Hijriyah

Setiap pergantian waktu selalu memiliki makna bagi kaum muslim. Lalu apa Makna dan Hikmah Tahun Baru Islam 1 Muharam 1446 Hijriyah?

Setidaknya ada dua makna tahun baru Islam bagi kaum muslim, yaitu introspeksi atau muhasabah dan hijrah. Kita juga mengenang sekaligus mencontoh strategi dakwah di Madinah berupa masjid, ukhuwah, dan Piagam Madinah.

Introspeksi karena terkait waktu. Pemaknaan hijrah karena hijrah menjadi awal perhitungan kalender Islam. Tahun 1 Hijriyah ditetapkan bertepatan dengan tahun 622 Masehi yakni saat peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad Saw.

Introspeksi, Muhasabah

Muhasabah harus dilakukan setiap saat. Pergantian tahun baru Islam bisa dijadikan momentum sekaligus pengingat (reminder) agar kita melakukan introspeksi diri, terutama tentang apa yang sudah kita perbuat untuk bekal kehidupan kekal di akhirat nanti.

Firman Allah SWT:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ 

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Hasyr [59]: 18). 

Ayat ini mengajak kita semua untuk senantiasa melakukan introspeksi diri pada apa yang telah kita lakukan, agar kita bisa mengambil manfaat dan keuntungan di masa yang akan datang. 

Introspeksi diri akan menjadi langkah penting dalam memperbaiki diri dan mengevaluasi apakah tindakan dan perbuatan yang kita lakukan telah sesuai dengan ajaran syariat Islam. Dengan introspeksi pula, kita akan lebih berhati-hati dalam melangkah dan bertindak, karena semua akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt di akhirat kelak. 

Penjelasan ini sebagaimana hadits riwayat Tirmidzi yang disebutkan oleh Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’anil Azhim:

 حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوْا، وَانْظُرُوْا مَاذَا ادَّخَرْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ مِنَ الْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ لِيَوْمِ مَعَادِكُمْ وَعِرْضِكُمْ عَلىَ رَبِّكُمْ 

“Koreksilah diri kalian sebelum kalian dihisab. Perhatikanlah apa yang telah kalian simpan untuk diri kalian, berupa amal kebaikan, untuk (dibawa) menuju hari kembalinya kalian (akhirat) dan pertanggungjawaban kalian kepada Tuhan kalian.”

Makna Hijrah

Hijrah menurut bahasa memiliki dua arti. 
  • Secara zhahiriy, hijrah artinya migrasi atau pindah dari suatu tempat menuju ke tempat lain.
  • Secara ma'nawiy, hijrah artinya perubahan dari satu kondisi kepada kondisi yang lebih baik. 
Hijrah yang berakar kata hajara juga memiliki arti meninggalkan atau menjauhkan diri, sebagaimana hadits:

المُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ، وَالمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ

"Seorang Muslim adalah orang yang tidak melukai saudara Muslim lainnya baik dengan lisan dan tangannya. Orang yang hijrah adalah orang yang meninggalkan larangan Allah SWT" (HR. Bukhari).

Secara bahasa, kata hijrah (هِجْرَةٌ) berasal dari akar kata hajara (هَجَرَ) yang berarti berpindah (tempat, keadaan, atau sifat), atau memutuskan, yakni memutuskan hubungan antara dirinya dengan pihak lain, atau panas menyengat, yang memaksa pekerja meninggalkan pekerjaannya.

Hijrah adalah perintah Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw dan pengikutnya (kaum muslim) ketika mereka terancam di Makkah. Rasulullah dan para sahabat saat itu diperintahkan pindah ke Yatsrib yang kemudian dikenal dengan Madinah, berjarak sekitar 400 kilometer dari Makkah.

Nabi Muhammad ke Madinah tidak hanya menjadi bagian dari sejarah, tetapi juga menjadi sumber inspirasi bagi umat Islam. 

Keberanian, kebijaksanaan, dan ketabahan Nabi Muhammad selama Hijrah menjadi teladan bagi umat Islam dalam menghadapi cobaan dan mengambil keputusan strategis.

Hijrah Nabi Muhammad ke Madinah tidak hanya sebuah perpindahan geografis, tetapi juga perpindahan menuju pembentukan masyarakat Islam yang kokoh dan berdampak dalam mengubah sejarah dunia. Peristiwa ini membangun fondasi bagi perkembangan Islam dan menjadi landasan untuk munculnya peradaban Islam yang gemilang di masa mendatang.

Strategi Dakwah di Madinah: Tiga Pilar Masyarakat Madani

Setelah Rasulullah tinggal di Madinah, beliau melakukan dakwah dengan membangun masyarakat Islami atau masyarakat beradab (madani) dengan tiga pilar utama, yakni masjid, ukhuwah, dan Piagam Madinah.

Berikut tiga strategi dakwah Rasulullah Saw di Madinah hingga akhirnya membawa keberhasilan:

1. Masjid.

Rasulullah Saw membangun dua masjid yang dijadikan sebagai pusat kegiatan dakwah di Madinah:
  • Masjid Quba' yang dibangun sebelum memasuki Madinah.
  • Masjid Nabawi yang kemudian dijadikan untuk mendidik para sahabat dan mengatur pemerintahan.
2. Ukhuwah Islamiyah.

Rasulullah Saw juga mempersaudarakan dua kaum muslimin, yakni Muhajirin (pendatang atau kaum muslim dari Makkah) dan Anshar (tuan rumah atau kaum muslim warga Madinah). 

Rasulullah Saw menganjurkan untuk kedua kaum tersebut untuk saling memupuk persaudaraan dan melarang adanya sentimen kesukuan. Hal ini dilakukan untuk memperkuat persaudaraan sekaligus persatuan umat Islam.

3. Piagam Madinah

Guna mempersatukan seluruh warga Madinah, Rasulullah melakukan perjanjian dengan Kaum Yahudi Madinah yang kemudian dikenal dengan Piagam Madinah.

Perjanjian ini untuk memperkokoh posisi kaum muslimin dari gangguan penduduk asli, bangsa Arab, dan Yahudi. Hal ini juga dilakukan tak lain untuk menjaga stabilitas di Madinah agar dakwah Islam lebih kondusif.

Piagam Madinah berisi sepuluh bab. Di antaranya berisi pembentukan umat, hak asasi manusia, persatuan seagama, persatuan segenap warganegara, golongan minoritas, dan tugas warga.

Demikian Makna dan Hikmah Tahun Baru Islam 1 Muharam 1446 Hijriyah, yakni Muhasabah dan Hijrah. Wallahu a'lam bish-shawab.

Post a Comment

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post