Menurut BRIN, masyarakat Indonesia dapat mengamati fenomena gerhana bulan total yang akan terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia dengan durasi selama satu jam 24 menit 58 detik.
Berdasarkan data astronomis, gerhana bulan total akan terjadi di di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Bengkulu yang dapat dilihat pada kontak Umbra 3 (U3) pukul 18:42 WIB.
Masyarakat di Riau, Jambi, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, dan Kalimantan Barat, dapat melihat gerhana pada waktu puncak gerhana, yakni 17:59 WIB.
Wilayah Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Utara, Maluku Utara, Maluku, gerhana dapat dilihat pada kontak Umbra 2 (U2) pukul 17:16 WIB/18:16 WITA/19:16 WIT.
Masyarakat Papua dan Papua Barat dapat melihat Gerhana Bulan Total pada kontak Umbra 1 (U1) pukul 18:08 WIT.
"Gerhana bulan total kali ini terjadi pada 8 November 2022 dengan durasi total selama satu jam 24 menit 58 detik," kata peneliti Pusat Riset Antariksa Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN, Andi Pangerang, dalam keterangan tertulis yang dikutip dari laman Antara.
Seluruh wilayah Indonesia kecuali Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Bengkulu dapat mengamati puncak gerhana bulan total tersebut.
Sementara durasi umbral yakni gerhana bulan sebagian dan total berlangsung selama 3 jam 39 menit 50 detik.
"Dampak dari gerhana bulan total bagi kehidupan manusia adalah pasang naik air laut yang lebih tinggi dibandingkan dengan hari-hari biasanya ketika tidak terjadi gerhana, purnama maupun bulan baru," katanya.
Saat gerhana, tidak ada cahaya Matahari yang dapat dipantulkan oleh Bulan sebagaimana ketika fase bulan purnama. Gerhana dapat berwarna menjadi lebih kecokelatan bahkan hitam pekat jika partikel seperti debu vulkanik ikut menghamburkan cahaya.
Tata Cara Sholat Khusuf
Saat gerhana bulan dan matahari, umat Islam disunnahkan melaksanakan shalat sunat yang disebut Shalat Kusuf (gerhana matahari) dan shalat khusuf (gerhana bulan), sebagaimana sabda Rasulullah Saw:
فَإِذَا رَأَيْتُمْ فَصَلُّوا
"Jika kalian melihat gerhana (Bulan atau Matahari) tersebut, maka sholatlah." (HR Bukhari)
Berikut tata cara sholat khusuf sebagaimana dianjurkan oleh Kemenag RI
- Niat
- Takbiratul ihram, yaitu bertakbir sebagaimana sholat biasa.
- Membaca do'a iftitah
- Ta'awudz kemudian membaca surah Al Fatihah dilanjutkan membaca surah yang panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil dijaharkan (dikeraskan suaranya).
- Kemudian ruku'
- Bangkit dari ruku' (i'tidal) sambil mengucapkan "Sami'allahu Liman Hamidah, Rabbana Wa Lakal Hamd"
- Setelah i'tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca lagi surah Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama.
- Kemudian ruku' kembali (ruku' kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku' sebelumnya.
- Bangkit dari ruku' (i'tidal).
- Sujud yang panjangnya sebagaimana ruku', lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali.
- Bangkit dari sujud lalu mengerjakan rakaat kedua sebagaimana rakaat pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya;
- Salam.
Setelah itu imam menyampaikan khutbah kepada para jamaah yang berisi anjuran untuk berzikir, berdo'a, beristighfar, bersedekah.
Demikian Tata Cara Sholat Khusuf terkait Gerhana Bulan Total 8 November 2022 dan gerhana-gerhana sebelum dan sesudahnya.*
Post a Comment