Apa arti "adha" dalam Idul Adha? Kenapa lebaran haji 10 Zulhijah disebut Idul Adha? Berikut ini ulasannya.
TIAP tanggal 10 Zulhijah, umat Islam merayakan hari Idul Adha. Disebut juga Lebaran Haji dan Hari Raya Kurban, iduladha (عيد الأضحى) adalah hari peringatan peristiwa kurban Nabi Ibrahim a.s. yang bersedia mengorbankan putranya, Isma'il, sebagai wujud kepatuhan terhadap Allah Swr.
Sebelum Ibrahim mengorbankan putranya, Allah Swt mengganti Ismail dengan seekor domba. Untuk memperingati kejadian ini, hewan ternak disembelih sebagai kurban setiap tahun. Umat Islam disunahkan berkurban pada Idul Adha.
Dengan demikian, Idul Adha dapat diartikan kembali berkurban atau hari raya penyembelihan hewan kurban.
بَلِ السَّاعَةُ مَوْعِدُهُمْ وَالسَّاعَةُ اَدْهٰى وَاَمَرُّ
"Bahkan hari Kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan hari Kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit."
Tafsir Ringkas Kemenag RI: "Kekalahan mereka di dunia bukan akhir segalanya karena di akhirat mereka juga akan menerima azab atas kekafirannya. Bahkan, hari Kiamat itulah hari paling sulit yang dijanjikan oleh Allah kepada mereka, dan hari Kiamat itu lebih dahsyat daripada semua bencana dunia dan lebih pahit karena siksa itu berlanjut tanpa akhir."
Secara bahasa, arti adz-ha juga berasal dari bahasa arab yaitu أَدْهَى yang artinya "lebih dahsyat" (Cregasia).
Tentu saja, kata dalam Idul Adha yang dimaksud adalah adha yang artinya pengorbanan, bukan adz-ha yang artinya lebih dahsyat.
Ketika sang ayah belum juga mengayunkan pisau di leher putranya. Ismail mengira ayahnya ragu, seraya ia melepaskan tali pengikat tali dan tangannya, agar tidak muncul suatu kesan dalam sejarah bahwa sang anak menurut untuk dibaringkan karena dipaksa ia meminta ayahnya mengayunkan pisau sambil berpaling, supaya tidak melihat wajahnya.
Nabi Ibrahim memantapkan niatnya. Nabi Ismail pasrah, seperti ayahnya yang telah tawakal. Sedetik setelah pisau nyaris digerakkan, tiba-tiba Allah Swt berseru dengan firmannya, menyuruh menghentikan perbuatannya tidak usah diteruskan pengorbanan terhadap anaknya.
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
“Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”
وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ
“Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian yang baik) dikalangan orang-orang yang datang kemudian.”
سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ
“Yaitu kesejahteraan semoga dilimpahkan kepada Nabi Ibrahim.”
كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
“Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Menyaksikan tragedi penyembelihan yang tidak ada bandingannya dalam sejarah umat manusia itu, Malaikat Jibril kagum, seraya terlontar darinya suatu ungkapan: “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.”
Kenapa Disebut Idul Adha?
Hari raya ini disebut Idul Adha karena hari raya terus kembali berulang setiap tahunnya. Di Indonesia, Id kerap disamakan artinya dengan 'ayyada', yakni 'berhari raya'.
Sedangkan kata Adha bermakna 'kurban'. Dengan demikian, Idul Adha berarti kembali melakukan penyembelihan hewan qurban atau kerap disebut istilah Hari Raya Qurban.
Arti Kata Adha
Secara bahasa, "Idul" atau "id" berasal dari kata 'ada yang artinya "kembali" dan "Ad-ha" (اضحى) merupakan jamak dari "ad-hat" yang berasal dari kata "ud-hiyah" yang artinya kurban.Kata udhiyah atau dhahiyyah adalah nama atau istilah yang diberikan kepada hewan sembelihan.
Dengan demikian, Idul Adha dapat diartikan kembali berkurban atau hari raya penyembelihan hewan kurban.
Ada juga istilah adzha (أَدْهَى) yang terdapat dalam Al Quran pada Surat Al-Qamar Ayat 46.
بَلِ السَّاعَةُ مَوْعِدُهُمْ وَالسَّاعَةُ اَدْهٰى وَاَمَرُّ
"Bahkan hari Kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan hari Kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit."
Tafsir Ringkas Kemenag RI: "Kekalahan mereka di dunia bukan akhir segalanya karena di akhirat mereka juga akan menerima azab atas kekafirannya. Bahkan, hari Kiamat itulah hari paling sulit yang dijanjikan oleh Allah kepada mereka, dan hari Kiamat itu lebih dahsyat daripada semua bencana dunia dan lebih pahit karena siksa itu berlanjut tanpa akhir."
Secara bahasa, arti adz-ha juga berasal dari bahasa arab yaitu أَدْهَى yang artinya "lebih dahsyat" (Cregasia).
Tentu saja, kata dalam Idul Adha yang dimaksud adalah adha yang artinya pengorbanan, bukan adz-ha yang artinya lebih dahsyat.
Kisah Pengorbanan Ibrahim
Dalam kitab Misykatul Anwar disebutkan, Nabi Ibrahim memiliki kekayaan yang sangat banyak. Ia memiliki 1000 ekor domba, 300 lembu, dan 100 ekor unta. Riwayat lain mengatakan, kekayaan Nabi Ibrahim mencapai 12.000 ekor ternak.
Pada suatu hari, Ibrahim ditanya oleh seseorang, “milik siapa ternak sebanyak ini?” Ibrahim menjawab: “Kepunyaan Allah, tapi kini masih milikku. Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki, aku serahkan semuanya. Jangankan cuma ternak, bila Allah meminta anak kesayanganku Ismail, niscaya akan aku serahkan juga.”
Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul ‘adzim mengemukakan, pernyataan Nabi Ibrahim yang akan mengorbankan anaknya jika dikehendaki oleh Allah itulah yang kemudian dijadikan bahan ujian, yaitu Allah menguji iman dan taqwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya yang haq, agar ia mengorbankan puteranya yang kala itu masih berusia 7 tahun.
Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul ‘adzim mengemukakan, pernyataan Nabi Ibrahim yang akan mengorbankan anaknya jika dikehendaki oleh Allah itulah yang kemudian dijadikan bahan ujian, yaitu Allah menguji iman dan taqwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya yang haq, agar ia mengorbankan puteranya yang kala itu masih berusia 7 tahun.
Anak yang elok rupawan, sehat lagi cekatan ini, supaya dikorbankan dan disembelih dengan menggunakan tangannya sendiri. Sungguh sangat mengerikan! Peristiwa spektakuler itu dinyatakan dalam Al-Qur’an:
قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Ibrahim berkata : “Hai anakkku sesungguhnay aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu “maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS Ash-Shaffat: 102)
Ketika keduanya siap untuk melaksanakan perintah Allah, datanglah setan untuk mengganggu Nabi Ibrahim dan berusaha agar Ibrahim membatalkan niatnya mengorbankan Ismail.
قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Ibrahim berkata : “Hai anakkku sesungguhnay aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu “maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS Ash-Shaffat: 102)
Ketika keduanya siap untuk melaksanakan perintah Allah, datanglah setan untuk mengganggu Nabi Ibrahim dan berusaha agar Ibrahim membatalkan niatnya mengorbankan Ismail.
Nabi Ibrahim pun mengambil batu dan mengucapkan “Bismillahi Allahu akbar”, lalu batu itu dilemparkannya kepada setan.
Peristiwa lembar batu ini menjadi salah satu proses ibadah haji. Seluruh jamaah haji sekarang mengikuti apa yang dulu dilakukan oleh Nabi Ibrahim ini di dalam mengusir setan dengan melempar batu sambil mengatakan, “Bismillahi Allahu akbar”. Dan hal ini kemudian menjadi salah satu rangkaian ibadah haji yakni melempar jumrah.
Ketika sang ayah belum juga mengayunkan pisau di leher putranya. Ismail mengira ayahnya ragu, seraya ia melepaskan tali pengikat tali dan tangannya, agar tidak muncul suatu kesan dalam sejarah bahwa sang anak menurut untuk dibaringkan karena dipaksa ia meminta ayahnya mengayunkan pisau sambil berpaling, supaya tidak melihat wajahnya.
Nabi Ibrahim memantapkan niatnya. Nabi Ismail pasrah, seperti ayahnya yang telah tawakal. Sedetik setelah pisau nyaris digerakkan, tiba-tiba Allah Swt berseru dengan firmannya, menyuruh menghentikan perbuatannya tidak usah diteruskan pengorbanan terhadap anaknya.
Allah Swt pun mencukupkan dengan penyembelihan seekor kambing sebagai korban, sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an surat As-Saffat ayat 107-110:
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
“Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”
وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ
“Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian yang baik) dikalangan orang-orang yang datang kemudian.”
سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ
“Yaitu kesejahteraan semoga dilimpahkan kepada Nabi Ibrahim.”
كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
“Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Menyaksikan tragedi penyembelihan yang tidak ada bandingannya dalam sejarah umat manusia itu, Malaikat Jibril kagum, seraya terlontar darinya suatu ungkapan: “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.”
Nabi Ibrahim menjawab “Laailaha illahu Allahu Akbar.” Yang kemudian dismbung oleh Nabi Ismail “Allahu Akbar Walillahil Hamdu.’ (Kemenag)
Demikian arti adha dalam Idul Adha, beserta kisah pengorbanan Nabi Ibrahim a.s. dan anaknya, Ismail a.s. Wallahu a'lam bish-shawabi.*
Demikian arti adha dalam Idul Adha, beserta kisah pengorbanan Nabi Ibrahim a.s. dan anaknya, Ismail a.s. Wallahu a'lam bish-shawabi.*
Post a Comment