Al-Qur'an Surat (QS) Al-'Ashr (العصر) adalah surat ke-103 dalam Al-Qur'an. Ia merupakan surat pendek dalam Juz Amma. Tiga ayat pendeknya bermakna mendalam tentang pentingnya waktu, iman, amal saleh, dan dakwah.
QS Al Ashr menegaskan semua manusia akan rugi atau celaka, keculi mereka yang beriman, beramal saleh, dan saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.
Syaikh Muhammad Abduh menjelaskan, orang Arab jahiliyah biasa bersantai di waktu Ashar. Mereka bercengkerama dan bercanda, hingga saling menyinggung dan akhirnya terjadi perselisihan dan permusuhan.
Mereka pun mengutuk waktu ashar. Maka Allah menurunkan surat ini untuk memberikan peringatan, bukan waktu ashar yang salah tetapi merekalah yang salah. Manusia akan berada dalam kerugian selama tidak memenuhi empat kriteria dalam surat ini.
Arti, Maksud, dan Tafsir Surat Al Ashr
Berikut ini kutipan Surat Al Ashr ayat 1-3.
وَٱلْعَصْرِ إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَفِى خُسْرٍ إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ
"Demi masa, sungguh, manusia dalam keadaan rugi, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran."
Tafsir Ringkas Kemenag
Demi masa, waktu sore, atau salat Asar. Allah bersumpah dengan masa agar manusia memperhatikan masa dan memanfaatkannya dengan baik. Allah bersumpah dengan waktu sore, sebagaimana dengan waktu duha, sebagai salah satu bukti kuasa-Nya.
Allah bersumpah dengan salat Asar karena keutamaanya atas salat-salat yang lain.
Sungguh, manusia berada dalam kerugian, baik di dunia maupun akhirat, akibat hawa nafsu yang menyelubungi dirinya.
Semua manusia rugi, kecuali orang-orang yang beriman dengan sejati dan mengerjakan kebajikan sesuai ketentuan syariat dengan penuh keikhlasan, serta saling menasihati satu sama lain dengan baik dan bijaksana untuk memegang teguh kebenaran sebagaimana diajarkan oleh agama dan saling menasihati untuk kesabaran dalam melaksanakan kewajiban agama, menjauhi larangan, menghadapi musibah, dan menjalani kehidupan.
Dalam ayat ini, Allah bersumpah dengan masa yang terjadi di dalamnya bermacam-macam kejadian dan pengalaman yang menjadi bukti atas kekuasaan Allah yang mutlak, hikmah-Nya yang tinggi, dan Ilmu-Nya yang sangat luas. Perubahan-perubahan besar yang terjadi pada masa itu sendiri, seperti pergantian siang dengan malam yang terus-menerus, habisnya umur manusia, dan sebagainya merupakan tanda keagungan Allah.
Dalam ayat lain, Allah berfirman: "Dan sebagian dari tanda-tanda kebesaran-Nya ialah malam, siang, matahari, dan bulan." (Fussilat/41: 37)
Apa yang dialami manusia dalam masa itu dari senang dan susah, miskin dan kaya, senggang dan sibuk, suka dan duka, dan lain-lain menunjukkan secara gamblang bahwa bagi alam semesta ini ada pencipta dan pengaturnya. Dialah Tuhan yang harus disembah dan hanya kepada-Nya kita memohon untuk menolak bahaya dan menarik manfaat.
Adapun orang-orang kafir menghubungkan peristiwa-peristiwa tersebut hanya kepada suatu masa saja, sehingga mereka beranggapan bahwa bila ditimpa oleh sesuatu bencana, hal itu hanya kemauan alam saja.
Allah menjelaskan bahwa masa (waktu) adalah salah satu makhluk-Nya dan di dalamnya terjadi bermacam-macam kejadian, kejahatan, dan kebaikan. Bila seseorang ditimpa musibah, hal itu merupakan akibat tindakannya. Masa (waktu) tidak campur tangan dengan terjadinya musibah itu.
Dalam ayat kedua, Allah mengungkapkan bahwa manusia sebagai makhluk Allah sungguh secara keseluruhan berada dalam kerugian bila tidak menggunakan waktu dengan baik atau dipakai untuk melakukan keburukan.
Perbuatan buruk manusia merupakan sumber kecelakaan yang menjerumuskannya ke dalam kebinasaan. Dosa seseorang terhadap Tuhannya yang memberi nikmat tidak terkira kepadanya adalah suatu pelanggaran yang tidak ada bandingannya sehingga merugikan dirinya.
Dalam ayat ketiga, Allah menjelaskan bahwa jika manusia tidak mau hidupnya merugi, maka ia harus beriman kepada-Nya, melaksanakan ibadah sebagaimana yang diperintahkan-Nya, berbuat baik untuk dirinya sendiri, dan berusaha menimbulkan manfaat kepada orang lain.
Di samping beriman dan beramal saleh, mereka harus saling nasihat-menasihati untuk menaati kebenaran dan tetap berlaku sabar, menjauhi perbuatan maksiat yang setiap orang cenderung kepadanya, karena dorongan hawa nafsunya.
Tafsir Jalalain Surat Al Ashr
Dimulai dari ayat pertama, di mana Allah bersumpah dengan menyebut masa. Masa sendiri memiliki makna yaitu waktu. Jika Allah bersumpah dengan makhluknya, maka menjadi suatu isyarat bagi Rasulullah dan orang beriman.
Dengan kata lain, arti surat Al Ashr ayat pertama adalah supaya Rasulullah dan orang beriman memberi perhatian lebih kepada waktu, serta mampu memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk hal terpuji sesuai ajaran Islam. Sebab waktu tidak akan berhenti maupun terulang meski sedetik saja.
Masih berdasar tafsir Jalalain, pada ayat kedua menjelaskan jika banyak manusia dalam keadaan merugi. Sebab banyak orang yang tidak bisa memanfaatkan kesempatan hidup didunia dengan sebaik-baiknya sesuai petunjuk agama. Tiap hari hanya sibuk menikmati dunia yang sejalan dengan hawa nafsu, tidak menyadari jika dunia hanya sementara, dan yang kekal adalah akhirat.
Sedangkan pada ayat ketiga, dijelaskan jika bagaimana cara agar tidak menjadi orang yang rugi. Terdapat tiga syarat yang terkandung di dalam arti surat Al Ashr, yaitu beriman dan beramal saleh, saling menasihati mengenai kebenaran, serta saling menasihati mengenai kesabaran.
Jadi, semua manusia merugi kecuali mereka yang (1) beriman, (2) beramal sholeh, dan (3) berdakwah. Wallahu a'lam bish-shawabi.*
Post a Comment