UMAT Islam memenangi hampir semua peperangan dengan kaum kafir di zaman Rasulullah Saw hingga era Khilafah Islamiyah, mulai Perang Badar hingga Perang Salib.
Karenanya, Islam tersebar ke seluruh penjuru dunia. Apa kunci kemenangan umat Islam?
Kunci kemenangan umat Islam adalah kesalehan atau ketakwaan. Karena kesalehan itu, dengan ketaatan beribadah itu, Allah SWT pun memberikan pertolongan dan memenangkan pasukan kaum Muslim.
Dikisahkan, dalam Perang Mu'tah, tentara kekaisaran Romawi Timur kalah dari pasukan kaum Muslimin. Padahal, jumlah pasukan Romawi lebih banyak dari jumlah tentara Islam. Saat itu pasukan Romawi berkekuatan 100 ribu tentara, berbanding 3.000 tentara kaum Muslim.
Dikisahkan, dalam Perang Mu'tah, tentara kekaisaran Romawi Timur kalah dari pasukan kaum Muslimin. Padahal, jumlah pasukan Romawi lebih banyak dari jumlah tentara Islam. Saat itu pasukan Romawi berkekuatan 100 ribu tentara, berbanding 3.000 tentara kaum Muslim.
Kaisar Romawi, Heraklius, bertanya: "Katakan kepadaku siapa mereka (yang telah mengalahkan Romawi)? Bukankah mereka orang-orang seperti kalian?"
Di antara para pembesar Romawi itu ada yang menjawab, “Ya, benar. Mereka manusia seperti kita.”
Heraklius bertanya lagi, “Jumlah kalian yang lebih banyak atau mereka?”
"Jumlah kami lebih banyak dan berlipat ganda dari jumlah mereka,” ucap salah satu komandan pasukan Romawi.
Heraklius bertanya lagi, “Mengapa kalian bisa kalah?”
Suasana hening. Semua orang mencari jawabannya. Akhirnya, salah seorang yang paling senior di antara mereka, mengangkat tangan dan memberikan penjelasan perihal mengapa Romawi bisa kalah sekaligus mengungkapkan kunci kemenangan pasukan kaum Musim.
“Karena mereka (pasukan Muslim) bangun malam hari untuk beribadah kepada Tuhannya dan pada siang hari mereka berpuasa. Mereka menepati janji yang mereka sepakati, memerintahkan untuk berbuat baik, mencegah dari perbuatan keji dan saling memberi nasihat di antara mereka sendiri. Karena itu wajar Allah menolong dan memenangkan mereka."
"Sedangkan kita dan pasukan kita, wahai Raja kami, kita meminum minuman keras. Kita mengingkari janji yang telah kita buat. Kita berbuat zalim dan melakukan kejahatan. Semua ini telah menjauhkan datangnya pertolongan Allah. Bagaimana Dia akan menolong kita, jika kita tidak menolong-Nya?”
Kisah di atas ditulis Dr. Abdurrahman ‘Umairah dalam buku Fursan Min Madrasatin Nubuwwah.
Kunci Kemenangan Umat Islam
Jawaban atas pertanyaan kenapa pasukan Romawi kalah itu selaras dengan firman Allah SWT:
"Jika Allah menolongmu, maka tidak ada (satu kekuatan pun) yang dapat mengalahkanmu” (QS. 3:160).
Kemenangan adalah milik mereka yang membela agama-Nya.
Kemenangan adalah milik mereka yang membela agama-Nya.
”Jika kalian menolong (agama) Allah, maka Allah akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu (sebagai pemenang)” (QS. 47:7).
Itu pula yang mendasari pesan Khalifah Abu Bakar kepada pasukan umat Islam:
Itu pula yang mendasari pesan Khalifah Abu Bakar kepada pasukan umat Islam:
“Kamu orang-orang Islam tidak akan dapat dikalahkan karena jumlah yang kecil. Kamu pasti dapat dikalahkan walaupun mempunyai jumlah yang banyak melebihi jumlah musuh, jika kamu terlibat di dalam dosa-dosa!”
Dengan demikian, kunci kemenangan umat Islam adalah kesalehan atau ketakwaan. Dengan kata lain, saleh dan takwa adalah modal kemenangan utama karena mengundang pertolongan Allah SWT.
Jadi, umat Islam kuat bukan semata-mata karena senjata, jumlah, ataupun teknologi. Umat Islam kuat, sekali lagi, karena kesalehannya dan ketakwaannya.
Jika umat Islam kini lebih sering kalah ketimbang menang atau tertunda-tunda kemenangannya, jangan-jangan karena kita bersemangat sekali dalam urusan muamalah, sosial, politik, namun mengabaikan kesalehan ritual-individual, lalai dalam ibadah ritual (mahdhah) atau sebaliknya, rajin ibadah (ritual) tapi mengabaikan hubungan baik dengan sesama manusia (hablum minallah).
Jangan-jangan, kita merasa paling Islami, paling benar, ketika ”turun ke jalan”, berdebat, atau bermu’amalah sosial-politik. Namun kita mengesampingkan tegaknya ukhuwah Islamiyah yang juga merupakan kewajiban syar’i.
Bahkan, jangan-jangan, perjuangan kita tidak ikhlas semata-mata mengharap ridho Allah, tapi ada niat lain –pragmatis, hedonis, oportunis, ’ala kulli hal… materialis! Na’udzubillah…!
Semoga kesalehan individual dan sosial dapat kita bina dan tegakkan mulai sekarang, di atas fondasi akidah dan ukhuwah yang kuat, sehingga kunci kemenangan itu kita genggam. Mari, bangkit! Allahu Akbar! Wallahu a’lam bish-shawabi. (www.risalahislam.com).*
Post a Comment