Orang yang tidak shalat masuk dalam kategori bukan Muslim, karena ciri utama Muslim adalah shalat. Puasa tanpa shalat tidak diterima di sisi Allah SWT.
JAWAB: Shalat itu tiang agama, ciri utama Muslim, dan pembeda Muslim dengan kafir.
Maka, orang yang tidak shalat masuk kategori kafir, meski ia mengaku Muslim. Puasa orang kafir menjadi sia-sia, tidak diterima Allah SWT, karena shalat yang menjadi tiang pokok ibadahnya tidak ada.
Maka, orang yang tidak shalat masuk kategori kafir, meski ia mengaku Muslim. Puasa orang kafir menjadi sia-sia, tidak diterima Allah SWT, karena shalat yang menjadi tiang pokok ibadahnya tidak ada.
Dalam sebuah hadis disebutkan, shalat ialah amalan pertama yang dilihat (hisab) Allah di hari akhirat kelak (HR: Ibn Majah).
“Antara hamba (mukmin) dan kafir ialah meninggalkan shalat” (HR: Ibnu Majah). Maksudnya, meninggalkan shalat dapat menjadi perantara seorang untuk menjadi kafir.
Shalat termasuk kewajiban yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Siapa pun yang sudah memenuhi persyaratan, mesti mengerjakannya dalam keadaan apapun dan sesulit apa pun.
Shalat termasuk kewajiban yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Siapa pun yang sudah memenuhi persyaratan, mesti mengerjakannya dalam keadaan apapun dan sesulit apa pun.
Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin –rahimahullah– pernah ditanya : Apa hukum orang yang berpuasa, namun meninggalkan shalat?
Beliau menjawab, “Puasa yang dilakukan oleh orang yang meninggalkan shalat tidaklah diterima karena orang yang meninggalkan shalat adalah kafir dan murtad. Dalil bahwa meninggalkan shalat termasuk bentuk kekafiran adalah firman Allah Ta’ala,
فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآَتَوُا الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ وَنُفَصِّلُ الْآَيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
Alasan lain adalah sabda Nabi Saw:
بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكُ الصَّلاَةِ
“Pembatas antara seorang muslim dengan kesyirikan dan kekafiran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim no. 82)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
الْعَهْدُ الَّذِى بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلاَةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ
Pendapat yang mengatakan bahwa meninggalkan shalat merupakan suatu kekafiran adalah pendapat mayoritas sahabat Nabi bahkan dapat dikatakan pendapat tersebut adalah ijma’ (kesepakatan) para sahabat.
‘Abdullah bin Syaqiq –rahimahullah– (seorang tabi’in yang sudah masyhur) mengatakan, “Para sahabat Nabi Saw tidaklah pernah menganggap suatu amalan yang apabila seseorang meninggalkannya akan menyebabkan dia kafir selain perkara shalat.”
[Perkataan ini diriwayatkan oleh At Tirmidzi dari ‘Abdullah bin Syaqiq Al ‘Aqliy ,seorang tabi’in. Hakim mengatakan bahwa hadits ini bersambung dengan menyebut Abu Hurairah di dalamnya. Dan sanad (periwayat) hadits ini adalah shohih. Lihat Ats Tsamar Al Mustathob fi Fiqhis Sunnah wal Kitab, hal. 52, -pen]
Oleh sebab itu, kami katakan, “Shalatlah kemudian tunaikanlah puasa”. Adapun jika engkau puasa namun tidak shalat, amalan puasamu akan tertolak karena orang kafir (karena sebab meninggalkan shalat) tidak diterima ibadah dari dirinya. [Sumber: Majmu’ Fatawa wa Rosa-il Ibnu ‘Utsaimin, 17/62, Asy Syamilah]. (Sumber).
Oleh karena itu, apabila seseorang berpuasa namun dia meninggalkan shalat, puasa yang dia lakukan tidaklah sah (tidak diterima). Amalan puasa yang dia lakukan tidaklah bermanfaat pada hari kiamat nanti.
Oleh sebab itu, kami katakan, “Shalatlah kemudian tunaikanlah puasa”. Adapun jika engkau puasa namun tidak shalat, amalan puasamu akan tertolak karena orang kafir (karena sebab meninggalkan shalat) tidak diterima ibadah dari dirinya. [Sumber: Majmu’ Fatawa wa Rosa-il Ibnu ‘Utsaimin, 17/62, Asy Syamilah]. (Sumber).
Demikian ulasan ringkas tentang Hukum Puasa bagi Orang yang Malas/Tidak Shalat. Wallahu a'lam bish-shawabi. (www.risalahislam.com).*
Post a Comment