Pejuang Islam dari Afrika, Umar Mukhtar, dikenal dengan julukan "Singa Padang Pasir" (Lion of the Desert)
SYAIKH Umar Mukhtar (Omar Mochtar) dikenal sebagai salah satu tokoh Gerakan Sanusiyah dan da'i yang sangat berpengaruh dalam menyebarkan Islam di kawasan Afrika pada akhir abad 19 dan awal abad 20.
Saat Umar Mukhtar dilahirkan tahun 1862 M di Distrik Bhutan (Libya) dari keluarga berkebangsaan Arab, Gerakan Sanusiyah yang didirikan pada 1843 M oleh Muhammad bin Ali as-Sanusiy al-Hasani al-Idrisi tengah gencar-gencarnya melakukan dakwah Islamiyah dan pembaharuan Islam.
Umar Mukhtar mulai belajar di Zawiyah Janzuur, Dafnah, dekat Tobruk. Ia belajar membaca, menulis, menghafal al-Quran dan Hadits, serta pengetahuan agama lainnya.
Ia juga sering berkunjung ke pusat Gerakan Sanusiyah di kota Jaghub Besar. Di "kota Kampus" yang sarat sarana pendidikan itu ia mendalami berbagai bidang ilmu seperti ilmu al-Quran dan hadits, bahasa, fiqh, logika, sastra, dan tarikh (sejarah). Ia juga mendalami ketrampilan olah kayu, besi, bangunan, dan sebagainya. Di sana pula ia mendaptkan latihan militer.
Selama delapan tahun menimba ilmu di Jaghub, Umar Mukhtar mulai menampakkan jiwa kepemimpinannya. Demikian juga kecerdasan otak dan ketegasan bicaranya. Hal itu membuat kawan-kawannya terkesan.
Tak heran jika kemudian pihak Gerakan Sanusiyah mulai memberikan perhatian penuh padanya. Dan pada tahun 1890 M Umar pun dipilih menjadi syeikh di Zawiyah al-Qushur untuk mengurus segala aktivitas Gerakan Sanusiyah.
Umar berusaha keras adar wilayah yang dipimpinnya menjadi yang terbaik; aman dan tentram. Urusan administrasi beres, dan orang-orang pun menyukainya.
Umar Mukhtar menjalankan amanah tersebut dengan baik dan berhasil. Sebagai penghargaan, ia diangkat menjadi murid pimpinan Gerakan Sanusiyah waktu itu, Sayid al-Mahdi. Bahkan, al-Mahdi
menganugerahi Umar dengan gelar "Sayid" --sebuah gelar keagamaan yang tidak diberikan pada siapa pun selain anggota keluarga as-Sanusiy (pendiri gerakan Sanusiyah). Dengan demikian, Umar telah menjadi salah seorang pemimpin tertinggi dalam gerakan.
Dakwah di Sudan
Pada 1894 Umar dipindahtugaskan dari Zawiyah al-Qushur ke Sudan. Pada saat yang sama, penjajah Prancis mulai mendekati bagian Barat dan Tengah negeri itu dan lembah Nil.
Umar mengangkat seorang wakil Sayid al-Mahdi untuk memantau perkembangan tersebut. Bersama wakil itulah Umar menegakkan syi'ar Islam di Sudan.
Penjajah Prancis juga mulai merambah Selatan Libya, yakni Waday (kerajaan Islam di Afrika Tengah). Pada saat bersamaan, Gerakan Sanusiyah pun berupaya melebarkan sayap dakwahnya di wilayah
ini. Bentrokan pun tak terhindarkan dan pasukan Umar berhasil menghalau pasukan Prancis. Setelah itu, Umar kemudian bergabung dengan pasukan mujahidin Waday.
Pada awal abad 20, penjajah Italia mulai melakukan manuver-manuver untuk menguasai Libya melalui berbagai yayasan kebudayaan dan ekonomi.
Umar dan para pemimpin Gerakan Sanusiyah bersiap siaga. Pengumpulan senjata dan pelatihan militer pun digelar untuk menghadapi kemungkinan perang dengan Italia. Ketika kemungkinan itu terjadi (Italia menyerang Libya pada 1911 M), Umar terjun ke medan jihad hingga wafatnya tahun 1931.
Demikianlah sosok pejuang Islam (mujahid) yang dikenal dengan julukan Singa Padang Pasir (Lion of Desert) Umar Mukhtar. Semoga menjadi inspirasi bagi mujahidin masa kini dan mendatang. (http://www.risalahislam.com, berbagai sumber).*
SYAIKH Umar Mukhtar (Omar Mochtar) dikenal sebagai salah satu tokoh Gerakan Sanusiyah dan da'i yang sangat berpengaruh dalam menyebarkan Islam di kawasan Afrika pada akhir abad 19 dan awal abad 20.
Saat Umar Mukhtar dilahirkan tahun 1862 M di Distrik Bhutan (Libya) dari keluarga berkebangsaan Arab, Gerakan Sanusiyah yang didirikan pada 1843 M oleh Muhammad bin Ali as-Sanusiy al-Hasani al-Idrisi tengah gencar-gencarnya melakukan dakwah Islamiyah dan pembaharuan Islam.
Umar Mukhtar mulai belajar di Zawiyah Janzuur, Dafnah, dekat Tobruk. Ia belajar membaca, menulis, menghafal al-Quran dan Hadits, serta pengetahuan agama lainnya.
Ia juga sering berkunjung ke pusat Gerakan Sanusiyah di kota Jaghub Besar. Di "kota Kampus" yang sarat sarana pendidikan itu ia mendalami berbagai bidang ilmu seperti ilmu al-Quran dan hadits, bahasa, fiqh, logika, sastra, dan tarikh (sejarah). Ia juga mendalami ketrampilan olah kayu, besi, bangunan, dan sebagainya. Di sana pula ia mendaptkan latihan militer.
Selama delapan tahun menimba ilmu di Jaghub, Umar Mukhtar mulai menampakkan jiwa kepemimpinannya. Demikian juga kecerdasan otak dan ketegasan bicaranya. Hal itu membuat kawan-kawannya terkesan.
Tak heran jika kemudian pihak Gerakan Sanusiyah mulai memberikan perhatian penuh padanya. Dan pada tahun 1890 M Umar pun dipilih menjadi syeikh di Zawiyah al-Qushur untuk mengurus segala aktivitas Gerakan Sanusiyah.
Umar berusaha keras adar wilayah yang dipimpinnya menjadi yang terbaik; aman dan tentram. Urusan administrasi beres, dan orang-orang pun menyukainya.
Kepiawayannya dalam memimpin membuat Umar Muckhtar dilirik oleh Khilafah Islam Bani Utsmaniyah. Umar dipercaya menarik pajak wajib di wilayah kekuasaannya.
Umar Mukhtar menjalankan amanah tersebut dengan baik dan berhasil. Sebagai penghargaan, ia diangkat menjadi murid pimpinan Gerakan Sanusiyah waktu itu, Sayid al-Mahdi. Bahkan, al-Mahdi
menganugerahi Umar dengan gelar "Sayid" --sebuah gelar keagamaan yang tidak diberikan pada siapa pun selain anggota keluarga as-Sanusiy (pendiri gerakan Sanusiyah). Dengan demikian, Umar telah menjadi salah seorang pemimpin tertinggi dalam gerakan.
Dakwah di Sudan
Pada 1894 Umar dipindahtugaskan dari Zawiyah al-Qushur ke Sudan. Pada saat yang sama, penjajah Prancis mulai mendekati bagian Barat dan Tengah negeri itu dan lembah Nil.
Umar mengangkat seorang wakil Sayid al-Mahdi untuk memantau perkembangan tersebut. Bersama wakil itulah Umar menegakkan syi'ar Islam di Sudan.
Penjajah Prancis juga mulai merambah Selatan Libya, yakni Waday (kerajaan Islam di Afrika Tengah). Pada saat bersamaan, Gerakan Sanusiyah pun berupaya melebarkan sayap dakwahnya di wilayah
ini. Bentrokan pun tak terhindarkan dan pasukan Umar berhasil menghalau pasukan Prancis. Setelah itu, Umar kemudian bergabung dengan pasukan mujahidin Waday.
Hingga tahun 1911 Prancis tidak bisa memasuki Waday karena mendapat perlawanan dari pasukan Islam. Dan pada tahun 1906 Umar Mukhtar kembali ke Zawiyah al-Qushur dan menjadi syeikh di sana.
Pada awal abad 20, penjajah Italia mulai melakukan manuver-manuver untuk menguasai Libya melalui berbagai yayasan kebudayaan dan ekonomi.
Umar dan para pemimpin Gerakan Sanusiyah bersiap siaga. Pengumpulan senjata dan pelatihan militer pun digelar untuk menghadapi kemungkinan perang dengan Italia. Ketika kemungkinan itu terjadi (Italia menyerang Libya pada 1911 M), Umar terjun ke medan jihad hingga wafatnya tahun 1931.
Demikianlah sosok pejuang Islam (mujahid) yang dikenal dengan julukan Singa Padang Pasir (Lion of Desert) Umar Mukhtar. Semoga menjadi inspirasi bagi mujahidin masa kini dan mendatang. (http://www.risalahislam.com, berbagai sumber).*
Post a Comment