Rasulullah Saw melarang kita menjelek-jelekkan makanan. Jika tidak suka, tinggalkan, jangan "mengumpat".
NGGAK ENAK! Kata-kata sepele, namun itu mengandung "hinaan kepada makanan". Muslim yang baik tidak akan mengatakan demikian. Sebab, menghina atau menjelek-jelekkan makanan, dilarang dalam Islam.
Lagi pula, bisa jadi makanan yang tidak enak bagi kita itu, justru sangat lezat di lidah orang lain.
Imam Nawawi dalam Riyadhus Sholihin mengemukakan hadits yang menunjukkan bahwa kita tidak boleh mencela makanan.
Dari Abu Hurairah r.a. :
Ù…َا عَابَ النَّبِÙ‰ُّ – صلى الله عليه وسلم – Ø·َعَامًا Ù‚َØ·ُّ ، Ø¥ِÙ†ِ اشْتَÙ‡َاهُ Ø£َÙƒَÙ„َÙ‡ُ ، ÙˆَØ¥ِÙ†ْ ÙƒَرِÙ‡َÙ‡ُ تَرَÙƒَÙ‡ُ
“Tidaklah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencela suatu makanan sedikit pun. Seandainya beliau menyukainya, beliau menyantapnya. Jika tidak menyukainya, beliau meninggalkannya (tidak memakannya).” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ibnu Baththol mengatakan, “Inilah adab yang baik kepada Allah Ta’ala. Karena jika seseorang menjelek-jelekkan makanan yang tidak disukai, maka seolah-olah dengan ucapan jeleknya itu, ia telah menolak rizki Allah.” (Syarh Al Bukhari)
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin menjelaskan:
“Makanan dan minuman yang dinikmati ketika disodori pada kita, hendaklah kita tahu bahwa itu adalah nikmat yang Allah beri. Nikmat tersebut bisa datang karena kemudahan dari Allah. Kita mesti mensyukurinya dan tidak boleh menjelek-jelekkannya. Jika memang kita suka, makanlah. Jika tidak, maka tidak perlu makan dan jangan berkata yang bernada menjelek-jelekkan makanan tersebut.” (Syarh Riyadhus Sholihin).
Saat berbuka puasa, atau sahur, kita biasanya memilih makanan. Jika ada makanan yang tidak enak, atau tidak disukai, cukup tinggalkan saja, jangan sampai kita mencelanya. Wasalam. (www.risalahislam.com).*
NGGAK ENAK! Kata-kata sepele, namun itu mengandung "hinaan kepada makanan". Muslim yang baik tidak akan mengatakan demikian. Sebab, menghina atau menjelek-jelekkan makanan, dilarang dalam Islam.
Lagi pula, bisa jadi makanan yang tidak enak bagi kita itu, justru sangat lezat di lidah orang lain.
Imam Nawawi dalam Riyadhus Sholihin mengemukakan hadits yang menunjukkan bahwa kita tidak boleh mencela makanan.
Dari Abu Hurairah r.a. :
Ù…َا عَابَ النَّبِÙ‰ُّ – صلى الله عليه وسلم – Ø·َعَامًا Ù‚َØ·ُّ ، Ø¥ِÙ†ِ اشْتَÙ‡َاهُ Ø£َÙƒَÙ„َÙ‡ُ ، ÙˆَØ¥ِÙ†ْ ÙƒَرِÙ‡َÙ‡ُ تَرَÙƒَÙ‡ُ
“Tidaklah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencela suatu makanan sedikit pun. Seandainya beliau menyukainya, beliau menyantapnya. Jika tidak menyukainya, beliau meninggalkannya (tidak memakannya).” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ibnu Baththol mengatakan, “Inilah adab yang baik kepada Allah Ta’ala. Karena jika seseorang menjelek-jelekkan makanan yang tidak disukai, maka seolah-olah dengan ucapan jeleknya itu, ia telah menolak rizki Allah.” (Syarh Al Bukhari)
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin menjelaskan:
“Makanan dan minuman yang dinikmati ketika disodori pada kita, hendaklah kita tahu bahwa itu adalah nikmat yang Allah beri. Nikmat tersebut bisa datang karena kemudahan dari Allah. Kita mesti mensyukurinya dan tidak boleh menjelek-jelekkannya. Jika memang kita suka, makanlah. Jika tidak, maka tidak perlu makan dan jangan berkata yang bernada menjelek-jelekkan makanan tersebut.” (Syarh Riyadhus Sholihin).
Saat berbuka puasa, atau sahur, kita biasanya memilih makanan. Jika ada makanan yang tidak enak, atau tidak disukai, cukup tinggalkan saja, jangan sampai kita mencelanya. Wasalam. (www.risalahislam.com).*
Sakalangkong atas smuanya dan semuga manfaat untuk kita.aamiin
ReplyDeletePost a Comment