"Seorang mukmin itu bukan pencela atau pengutuk atau keji pembicaraannya" (HR. Bukhari). Kata-kata yang diucapkan lisan adalah cermin akhlak dan kepribadian.
Lisan, dalam konteks yang luas, juga termasuk tulisan, misalnya artikel di media, status Facebook, cuitan di twitter, atau komentar. Bahkan, "jempol" (thumb) untuk klik "suka/like" pun merupakan simbol lisan di Facebook.
Lisan juga jadi cermin kepribadian dan budi pekerti seseorang, seperti pepatah "Mulutmu Harimaumu" --perkataan yang telanjur kita keluarkan bila tidak dipikirkan dulu akan dapat merugikan diri sendiri. Dalam konteks Facebook pepatah itu menjadi "Statusmu Harimaumu" atau "Komentarmu Harimaumu".
Banyak perkataan (atau tulisan seperti status FB) yang dapat membuat sang pemilik lidah tersebut celaka!
“Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan” (QS. An-Nuur: 24).
Di akhirat kelak kita akan mempertanggungjawabkan segala perbuatan dan perkataan kita. Jadi, jangan sampai lidah kita mengucapkan hal-hal yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya, seperti dusta –sekalipun dalam bergurau, bergunjing, hal yang tidak bermanfaat alias ‘gak penting, dan perkataan jorok.
Sepatah-dua patah kata pun yang diucapkan lisan atau dituliskan tangan, akan dicatat oleh Allah SWT sebagai kebaikan (jika kata-katanya baik) dan dicatat sebagai keburukan (jika kata-katanya buruk).
“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kata yang diridhai Allah Swt yang ia tidak mengira yang akan mendapatkan demikian sehingga dicatat oleh Allah Swt keridhoan-Nnya bagi orang tersebut sampai Hari Kiamat. Dan seorang lelaki mengucapkan satu kata yang dimurkai Allah Swt yang tidak dikiranya akan demikian, maka Allah Swt mencatatnya yang demikian itu sampai Hari Kiamat” (HR Tirmidzi, Ibnu Majah).
Kaum Muslim diajarkan Risalah Islam untuk senantiasa berkata yang baik saja, atau lebih baik diam. Umat Islam juga diingatkan bahwa orang-orang beriman itu akan menjauhi perkataan kotor atau keji, apalagi yang bisa menyakiti hati orang lain.
"Seorang mukmin itu bukan pencela atau pengutuk atau keji pembicaraannya" (HR. Bukhari).
Masya Allah, betapa indahnya lisan seorang Muslim. Betapa indahnya jika kita mampu menjaga pantangan lisan.
Semoga Allah memberi kita kekuatan untuk berkata, berkomentar, membuat status, yang baik-baik saja, yang bermanfaat, informatif, dan inspiratif. Amin! Wallahu a’lam bish-shawabi. (www.risalahislam.com).*
Post a Comment