Untuk berdakwah tidak harus jadi ustadz. Islam adalah agama dakwah. Islam harus disebarkan kepada seluruh umat manusia. Setiap Muslim adalah da'i.
UNTUK berdakwah tidak harus jadi ustadz. Demikian dikemukakan aktor tampan Dude Harlino di sela-sela acara peringatan dua tahun meninggalnya Ustadz Jeffy Al-Buchori (Uje) di Teater Tanah Airku TMII, Jakarta Timur, Minggu (26/4).
Dude mengemukakan hal itu saat ditanya apakah dirinya akan beralih menjadi pendakwah. Menurut Dude, bagi seorang muslim, berdakwah merupakah kewajiban dalam konteks mengajarkan kebenaran.
Bagi Dude, dirinya tak harus menjadi seorang ustad untuk menyebarkan ajaran Islam. "Dakwah dalam Islam itu sebuah kewajiban," katanya. "Islam ini agama yang menganjurkan untuk saling memberi nasihat. Tapi apa harus jadi ustadz? Bukannya bisa dengan cara saya," jelasnya seperti dikutip Medan Bisnis.
Menurutnya, lewat akting pun bisa menyampaikan kebaikan. "Misalnya lewat akting. Saya bermain dalam film yang punya nilai agama bagus atau justru saya bikin film tentang itu. Tinggal bagaimana kita berniat dalam hati," urainya.
Dude benar. Untuk berdakwah tidak harus jadi ustadz. Tentu, jadi ustadz akan lebih baik. Islam adalah agama dakwah. Islam harus disebarkan kepada seluruh umat manusia.
Umat Islam bukan saja berkewajiban melaksanakan ajaran Islam dalam keseharian hidupnya, melainkan juga harus menyampaikan (tabligh) atau mendakwahkan kebenaran Islam terhadap orang lain.
Para pemeluk Islam telah digelari Allah SWT sebagai "umat pilihan", sebaik-baik umat (khairu ummah) yang tugasnya antara lain berdakwah dengan mengajak kebaikan dan mencegah kemunkaran (Q.S. 3:110).
Aktivitas dakwah harus menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari seorang Muslim.
"Serulah oleh kalian (umat manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah, nasihat yang baik, dan berdebatlah dengan mereka secara baik-baik..." (QS. an-Nahl:125).
Setiap Muslim adalah da'i (juru dakwah). K.H.M. Isa Anshary dalam buku Mujahid Dakwah (1984) menyebutkan, Islam adalah agama dakwah. Menjadi seorang Muslim otomatis menjadi juru dakwah, menjadi mubalig, bila dan di mana saja, di segala bidang dan ruang.
"Kedudukan kuadrat yang diberikan Islam kepada pemeluknya," tulis Isa Anshary, "ialah menjadi seorang Muslim merangkap menjadi juru dakwah atau mubalig." Nabi Saw bersabda, “Sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat dan engkau boleh menceritakan berita walaupun dari dan tentang Bani Israil, tidak ada halangannya”
"Katakanlah kebenaran itu walaupun rasanya pahit/berat” (H.R. Ibnu Hibban).
Teknis atau cara dakwah antara lain dikemukakan dalam sebuah hadits, yaitu dengan tangan, lisan, dan hati.
"Barangsiapa diantara kalian melihat kemunkaran (kemaksiatan), maka cegahlah hal itu dengan tangannya (kekuasaan); jika tidak mampu, cegahlah dengan lisannya (ucapan); jika (masih) tidak mampu, maka cegahlah dengan hatinya, dan ini selemah-lemahnya iman" (H.R. Muslim).
Untuk berdakwah juga tidak harus menjadi orang sempurna atau orang terbaik. Imam Hasan Al-Bashri menerangkan hal ini dengan sangat baik:
“Wahai manusia, sesungguhnya aku tengah menasihati kalian, dan bukan berarti aku orang yang terbaik di antara kalian, bukan pula orang yang paling shalih di antara kalian. Sungguh, aku pun telah banyak melampaui batas terhadap diriku. Aku tidak sanggup mengekangnya dengan sempurna, tidak pula membawanya sesuai dengan kewajiban dalam menaati Rabb-nya."
"Andaikata seorang muslim tidak memberi nasihat kepada saudaranya kecuali setelah dirinya menjadi orang yang sempurna, niscaya tidak akan ada para pemberi nasihat. Akan menjadi sedikit jumlah orang yang mau memberi peringatan dan tidak akan ada orang-orang yang berdakwah di jalan Allah ‘Azza wa Jalla, tidak ada yang mengajak untuk taat kepada-Nya, tidak pula melarang dari memaksiati-Nya."
"Namun dengan berkumpulnya ulama dan kaum mukminin, sebagian memperingatkan kepada sebagian yang lain, niscaya hati-hati orang-orang yang bertakwa akan hidup dan mendapat peringatan dari kelalaian serta aman dari lupa dan kekhilafan."
Demikianlah, setiap muslim wajib berdakwah sesuai dengan kemampuan atau kapasitas masing-masing, dengan cara masing-masing, tanpa harus bergelar ustadz, juga tanpa menunggu jadi orang sempurna.
Saling memberi nasihat dalam kebenaran dan kesabaran termasuk dakwah, juga termasuk ciri orang yang hidupnya tidak akan merugi: "Demi Masa. Sesungguhnya manusia dalam kerugian. Kecuali mereka yang beriman, beramal saleh, dan saling memberi nasihat dalam kebenaran dan kesabaran" (QS. Al-'Ashr). Wallahu a'lam bish-shawabi. (http://www.risalahislam.com).*
UNTUK berdakwah tidak harus jadi ustadz. Demikian dikemukakan aktor tampan Dude Harlino di sela-sela acara peringatan dua tahun meninggalnya Ustadz Jeffy Al-Buchori (Uje) di Teater Tanah Airku TMII, Jakarta Timur, Minggu (26/4).
Dude mengemukakan hal itu saat ditanya apakah dirinya akan beralih menjadi pendakwah. Menurut Dude, bagi seorang muslim, berdakwah merupakah kewajiban dalam konteks mengajarkan kebenaran.
Bagi Dude, dirinya tak harus menjadi seorang ustad untuk menyebarkan ajaran Islam. "Dakwah dalam Islam itu sebuah kewajiban," katanya. "Islam ini agama yang menganjurkan untuk saling memberi nasihat. Tapi apa harus jadi ustadz? Bukannya bisa dengan cara saya," jelasnya seperti dikutip Medan Bisnis.
Menurutnya, lewat akting pun bisa menyampaikan kebaikan. "Misalnya lewat akting. Saya bermain dalam film yang punya nilai agama bagus atau justru saya bikin film tentang itu. Tinggal bagaimana kita berniat dalam hati," urainya.
Dude benar. Untuk berdakwah tidak harus jadi ustadz. Tentu, jadi ustadz akan lebih baik. Islam adalah agama dakwah. Islam harus disebarkan kepada seluruh umat manusia.
Umat Islam bukan saja berkewajiban melaksanakan ajaran Islam dalam keseharian hidupnya, melainkan juga harus menyampaikan (tabligh) atau mendakwahkan kebenaran Islam terhadap orang lain.
Para pemeluk Islam telah digelari Allah SWT sebagai "umat pilihan", sebaik-baik umat (khairu ummah) yang tugasnya antara lain berdakwah dengan mengajak kebaikan dan mencegah kemunkaran (Q.S. 3:110).
Aktivitas dakwah harus menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari seorang Muslim.
"Serulah oleh kalian (umat manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah, nasihat yang baik, dan berdebatlah dengan mereka secara baik-baik..." (QS. an-Nahl:125).
Setiap Muslim adalah da'i (juru dakwah). K.H.M. Isa Anshary dalam buku Mujahid Dakwah (1984) menyebutkan, Islam adalah agama dakwah. Menjadi seorang Muslim otomatis menjadi juru dakwah, menjadi mubalig, bila dan di mana saja, di segala bidang dan ruang.
"Kedudukan kuadrat yang diberikan Islam kepada pemeluknya," tulis Isa Anshary, "ialah menjadi seorang Muslim merangkap menjadi juru dakwah atau mubalig." Nabi Saw bersabda, “Sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat dan engkau boleh menceritakan berita walaupun dari dan tentang Bani Israil, tidak ada halangannya”
"Katakanlah kebenaran itu walaupun rasanya pahit/berat” (H.R. Ibnu Hibban).
Teknis atau cara dakwah antara lain dikemukakan dalam sebuah hadits, yaitu dengan tangan, lisan, dan hati.
"Barangsiapa diantara kalian melihat kemunkaran (kemaksiatan), maka cegahlah hal itu dengan tangannya (kekuasaan); jika tidak mampu, cegahlah dengan lisannya (ucapan); jika (masih) tidak mampu, maka cegahlah dengan hatinya, dan ini selemah-lemahnya iman" (H.R. Muslim).
Untuk berdakwah juga tidak harus menjadi orang sempurna atau orang terbaik. Imam Hasan Al-Bashri menerangkan hal ini dengan sangat baik:
“Wahai manusia, sesungguhnya aku tengah menasihati kalian, dan bukan berarti aku orang yang terbaik di antara kalian, bukan pula orang yang paling shalih di antara kalian. Sungguh, aku pun telah banyak melampaui batas terhadap diriku. Aku tidak sanggup mengekangnya dengan sempurna, tidak pula membawanya sesuai dengan kewajiban dalam menaati Rabb-nya."
"Andaikata seorang muslim tidak memberi nasihat kepada saudaranya kecuali setelah dirinya menjadi orang yang sempurna, niscaya tidak akan ada para pemberi nasihat. Akan menjadi sedikit jumlah orang yang mau memberi peringatan dan tidak akan ada orang-orang yang berdakwah di jalan Allah ‘Azza wa Jalla, tidak ada yang mengajak untuk taat kepada-Nya, tidak pula melarang dari memaksiati-Nya."
"Namun dengan berkumpulnya ulama dan kaum mukminin, sebagian memperingatkan kepada sebagian yang lain, niscaya hati-hati orang-orang yang bertakwa akan hidup dan mendapat peringatan dari kelalaian serta aman dari lupa dan kekhilafan."
Demikianlah, setiap muslim wajib berdakwah sesuai dengan kemampuan atau kapasitas masing-masing, dengan cara masing-masing, tanpa harus bergelar ustadz, juga tanpa menunggu jadi orang sempurna.
Saling memberi nasihat dalam kebenaran dan kesabaran termasuk dakwah, juga termasuk ciri orang yang hidupnya tidak akan merugi: "Demi Masa. Sesungguhnya manusia dalam kerugian. Kecuali mereka yang beriman, beramal saleh, dan saling memberi nasihat dalam kebenaran dan kesabaran" (QS. Al-'Ashr). Wallahu a'lam bish-shawabi. (http://www.risalahislam.com).*
Post a Comment