ISU ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) menerpa TKI/TKW Hong Kong. Sebuah organisasi pengajian Buruh Migran Indonesia (BMI) dilarang mengadakan tablig akbar dengan tuduhan terlibat ISIS. Pihak TKI membantah tudingan itu.
Baca Juga: ISIS Bukan Pejuang Islam
Ketua Asosiasi TKI Hong Kong K.K. Leung yang menjadi konsultan tenaga kerja Indonesia menegaskan, mayoritas warga Indonesia ada di Hong Kong untuk bekerja dan mereka Muslim moderat. Pelarangan sebuah acara pengajian adalah akibat kesalahpahaman besar (a big misunderstanding).
"Saya harap... publik tidak menjuluki mereka sebagai teroris," tegasnya seperti dikutip situs South China Morning Post (SCMP) dan Onislam.net (23/3).
Pernyataan Leung dikemukakan menyusul adanya pelarangan dari otoritas Hong Kong terhadap acara tablig akbar (pengajian) yang diadakan organisasi Islam BMI Hong Kong, Mujahiddah of Islam Hong Kong.
Juru bicara Mujahiddah of Islam Hong Kong, Ika, menegaskan organisasinya sama sekali tidak ada hubungan dengan ISIS seperti yang dituduhkan. "Kami tidak memiliki hubungan apa pun dengan ISIS," tegasnya dikutip SCMP.
"Memang benar, ada dua WNI yang ditolak masuk oleh Imigrasi Hong Kong terkait indikasi kedua orang ini terlibat gerakan ISIS, dengan kedua orang itu akan menjadi pembicara sebuah acara (untuk TKI) di sini (Hong Kong)," kata Kepala Kanselerai KJRI Hong Kong, Rafail Walangitan, seperti dikutip BBC Indonesia.
Dengan ditolak masuknya kedua WNI tersebut, Konsul Rafail menyatakan, acara tabligh akbar untuk TKI dibatalka. Namun, Rafail menolak anggapan bahwa kelompok keagamaan TKI yang mengundang kedua WNI tersebut otomatis terlibat gerakan ISIS.
"Belum tentu, siapa tahu mereka (para TKI) sebenarnya hanya ingin mengundang ustaz pembicara untuk acara saja tanpa tahu apa-apa," kata Rafail.
Dalam sepekan terakhir, kalangan TKI Hong Kong resah akibat beredarnya brosur undangan pengajian yang mencantumkan logo ISIS. Belakangan diketahui, logo tersebut ditambahkan "pihak yang tidak bertanggung jawab". (www.risalahislam.com).*
Baca Juga: ISIS Bukan Pejuang Islam
Ketua Asosiasi TKI Hong Kong K.K. Leung yang menjadi konsultan tenaga kerja Indonesia menegaskan, mayoritas warga Indonesia ada di Hong Kong untuk bekerja dan mereka Muslim moderat. Pelarangan sebuah acara pengajian adalah akibat kesalahpahaman besar (a big misunderstanding).
"Saya harap... publik tidak menjuluki mereka sebagai teroris," tegasnya seperti dikutip situs South China Morning Post (SCMP) dan Onislam.net (23/3).
Pernyataan Leung dikemukakan menyusul adanya pelarangan dari otoritas Hong Kong terhadap acara tablig akbar (pengajian) yang diadakan organisasi Islam BMI Hong Kong, Mujahiddah of Islam Hong Kong.
Juru bicara Mujahiddah of Islam Hong Kong, Ika, menegaskan organisasinya sama sekali tidak ada hubungan dengan ISIS seperti yang dituduhkan. "Kami tidak memiliki hubungan apa pun dengan ISIS," tegasnya dikutip SCMP.
Selain
membatalkan acara pengajian, pihak imigrasi Hong Kong juga menolak
masuk dua WNI yang tiba di Hong Kong, Sabtu (21/3/2015) siang.
"Memang benar, ada dua WNI yang ditolak masuk oleh Imigrasi Hong Kong terkait indikasi kedua orang ini terlibat gerakan ISIS, dengan kedua orang itu akan menjadi pembicara sebuah acara (untuk TKI) di sini (Hong Kong)," kata Kepala Kanselerai KJRI Hong Kong, Rafail Walangitan, seperti dikutip BBC Indonesia.
Dengan ditolak masuknya kedua WNI tersebut, Konsul Rafail menyatakan, acara tabligh akbar untuk TKI dibatalka. Namun, Rafail menolak anggapan bahwa kelompok keagamaan TKI yang mengundang kedua WNI tersebut otomatis terlibat gerakan ISIS.
"Belum tentu, siapa tahu mereka (para TKI) sebenarnya hanya ingin mengundang ustaz pembicara untuk acara saja tanpa tahu apa-apa," kata Rafail.
Dalam sepekan terakhir, kalangan TKI Hong Kong resah akibat beredarnya brosur undangan pengajian yang mencantumkan logo ISIS. Belakangan diketahui, logo tersebut ditambahkan "pihak yang tidak bertanggung jawab". (www.risalahislam.com).*
BROSUR PALSU: BERLOGO ISIS
BROSUR ASLI: TANPA LOGO ISIS
Post a Comment