Etika Komunikasi dalam Islam, khususnya Komunikasi Lisan (Bicara).
Persentase waktu yang digunakan dalam proses komunikasi berkisar antara 75% sampai 90% dari jumlah waktu kegiatan dengan rincian 5% untuk menulis, 10% membaca, 35% berbicara, dan 50% mendengar (Jiwanta,1982).
Berikut ini etika komunikasi dalam Islam, panduan bagi kaum Muslim dalam berkomunikasi, khususnya komunikasi lisan (berbicara).
1. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam. (HR. Bukhari)
2. Siapa yang memberi jaminan kepadaku untuk memelihara di antara rahangnya (mulut) dan di antara kedua pahanya (kemaluan) niscaya aku menjamin baginya surga. (HR. Bukhari)
3. Barangsiapa akhir ucapannya “Laa ilaaha illallah” ‘Tiada Tuhan selain Allah’ niscaya dia masuk surga.( HR. Abu Dawud)
4. Sesungguhnya di antara ungkapan kata dan keterangan adalah sihir. (HR. Bukhari)
5. Bila seorang dari kamu sedang marah hendaklah diam. (HR. Ahmad)
6. Diam (tidak bicara) adalah suatu kebijaksanaan dan sedikit orang yang melakukannya. (HR. Ibnu Hibban)
7. Sesungguhnya Allah melarang kamu banyak omong, yang diomongkan, dan menyia-nyiakan harta serta banyak bertanya. (HR. Asysyihaab)
8. Apabila ada orang yang mencaci-maki kamu tentang apa yang dia ketahui pada dirimu, janganlah kamu mencaci-maki dia tentang apa yang kamu ketahui pada dirinya karena pahalanya untuk kamu dan kecelakaan untuk dia. (HR. Ad-Dailami)
9. Barangsiapa banyak bicara maka banyak pula salahnya dan barangsiapa banyak salah maka banyak pula dosanya, dan barangsiapa banyak dosanya maka api neraka lebih utama baginya. (HR. Ath-Thabrani)
10. Kebanyakan dosa anak Adam karena lidahnya. (HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi)
11. Berhati-hatilah dalam memuji (menyanjung-nyanjung), sesungguhnya itu adalah penyembelihan. (HR. Bukhari)
12. Seorang memuji-muji kawannya di hadapan Nabi Saw, lalu beliau berkata kepadanya, “Waspadalah kamu, sesungguhnya kamu telah memenggal lehernya, sesungguhnya kamu telah memenggal lehernya (diucapkan berulang-ulang)”. (HR. Ahmad)
13. Taburkanlah pasir ke wajah orang-orang yang suka memuji dan menyanjung-nyanjung.(HR. Muslim)
14. Tahukah kamu apa ghibah itu? Para sahabat menjawab, “Allah dan rasulNya lebih mengetahui.” Beliau bersabda, “Menyebut-nyebut sesuatu tentang saudaramu hal-hal yang dia tidak sukai.”(HR. Muslim)
15. Seorang mukmin bukanlah pengumpat, pengutuk, berkata keji atau berkata busuk. (HR. Bukhari dan Al Hakim)
16. Semua umatku diampuni kecuali yang berbuat (keji) terang-terangan yaitu yang melakukannya pada malam hari lalu ditutup-tutupi oleh Allah, tetapi esok paginya dia membeberkan sendiri dengan berkata, “Hai Fulan, tadi malam aku berbuat begini…begini.” Dia membuka tabir yang telah disekat oleh Allah Azza wajalla. (Mutafaq’alaih)
17. Yang paling aku takutkan bagi umatku adalah orang munafik yang pandai bersilat lidah. (HR. Abu Ya’la).
Demikian sejumlah hadits yang harus menjadi pedoman kaum Muslim dalam hal berkomunikasi, khususnya komunikasi lisan (berbicara, berucap). (www.risalahislam.com).*
Sumber: Dr. Muhammad Faiz Almath, “1100 Hadits Terpilih”, Penerbit: Gema Insani Press, 1991
Post a Comment