DALAM Islam, yang namanya ibadah bukan hanya sholat, zakat, puasa, dan haji yang disebut ibadah mahdhoh. Ada juga ibadah lain seperti menolong sesama, menyeru kepada kebaikan, mencegah kemunkaran, dll. yang disebut ibadah ghair mahdhah alias "ibadah sosial".
Ibadah Mahdhoh dikenal juga sebagai Hablum Minallah (hubungan dengan Allah). Ibadah Ghair Mahdhoh disebut pula Hablum Minannas (Hubungan dengan sesama manusia).
Bahkan, ada pula yang disebut Hubungan dengan Lingkungan Alam (Hablum minal 'Alam), yakni bersahabat dengan alam, nature, yang kini banyak didengungkan dengan istilah back to natur, green life, dsb.
Dalam Islam juga dikenal istilah Kesholehan Individu dan Kesalihan Sosial. Maknanya sama dengan ibadah mahdhoh/hablum minallah dan ibadah ghair mahdhah/hablum minannas.
"Orang yang mendirikan shalat dan menyumbangkan hartanya di jalan Allah, maka ia akan dipanggil oleh salah satu dari pintu surga. “Wahai hamba Allah, kemarilah untuk menuju kenikmatan”. Jika ia berasal dari golongan orang-orang yang suka mendirikan shalat, ia akan dipanggil dari pintu shalat, yang berasal dari kalangan mujahid, maka akan dipanggil dari pintu jihad, jika ia berasal dari golongan yang gemar bersedekah akan dipanggil dari pintu sedekah.” (HR Bukhari).
Dalam sebuah riwayat dikisahkan, para sahabat Rasulullah Saw sedang mengadakan perjalanan bersama Rasul. Sebagian mereka berpuasa (sunah), sebagian yang lain tidak. Perjalanan sangat melelahkan karena matahari begitu terik. Mereka lantas berhenti di satu tempat untuk berteduh.
Sebagian menggunakan kain, sebagian lagi hanya menggunakan tangan mereka. Mereka yang puasa sangat kelelahan. Lalu, sahabat yang tidak puasa bergegas mendirikan bangunan, tempat berteduh, dan memberi minum kepada para musafir.
Nabi SAW mengapresiasi langkah para sahabat yang tidak puasa dan menyatakan mereka bakal mendapat pahala dari Allah SWT. (HR Bukhari dan Muslim).
Menurut Ibn Abbas, seperti dikutip banyak ahli tafsir, ibadah sosial, kesalehan sosial, atau ibadah ghair mahdhoh adalah silaturahim dan keluhuran budi pekerti (akhlak karimah), sebagaimana hadits Nabi Saw:
"Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada, iringilah keburukan dengan kebaikan niscaya menghapusnya dan pergauilah manusia dengan akhlak yang baik “ (HR. Ahmad, at-Tirmidzi, ad-Darimi, al-Hâkim, Thabrani, dari Abu Dzar al-Ghifâri).
Muslim yang baik adalah yang seimbang antara ibadah formalnya dengan ibadah sosialnya. Seimbang antara hablum minallah dan hablum minannas-nya.
"Kehinaan akan ditimpakan kepada manusia di mana pun mereka berada kecuali kalau manusia itu menbina hubungan baiknya dengan Allah dan hubungan baiknya dengan sesama manusia…” (QS. Ali-lmran: 112).
Semoga kita mampu beribadah sosial dengan baik, juga istiqomah dalam ibadah mahdhah. Amin! Wallahu a'lam bish-shawabi. (www.risalahislam.com).*
Ibadah Mahdhoh dikenal juga sebagai Hablum Minallah (hubungan dengan Allah). Ibadah Ghair Mahdhoh disebut pula Hablum Minannas (Hubungan dengan sesama manusia).
Bahkan, ada pula yang disebut Hubungan dengan Lingkungan Alam (Hablum minal 'Alam), yakni bersahabat dengan alam, nature, yang kini banyak didengungkan dengan istilah back to natur, green life, dsb.
Dalam Islam juga dikenal istilah Kesholehan Individu dan Kesalihan Sosial. Maknanya sama dengan ibadah mahdhoh/hablum minallah dan ibadah ghair mahdhah/hablum minannas.
Banyak ayat dan hadits yang menegaskan, dalam Islam ibadah bukan hanya sholat, dzikir, dan semacamnya, tapi juga berupa ibadah sosial, seperti silaturahmi, sedekah, peduli sesama, meringankan beban orang lain, dsb.
"Orang yang mendirikan shalat dan menyumbangkan hartanya di jalan Allah, maka ia akan dipanggil oleh salah satu dari pintu surga. “Wahai hamba Allah, kemarilah untuk menuju kenikmatan”. Jika ia berasal dari golongan orang-orang yang suka mendirikan shalat, ia akan dipanggil dari pintu shalat, yang berasal dari kalangan mujahid, maka akan dipanggil dari pintu jihad, jika ia berasal dari golongan yang gemar bersedekah akan dipanggil dari pintu sedekah.” (HR Bukhari).
Dalam sebuah riwayat dikisahkan, para sahabat Rasulullah Saw sedang mengadakan perjalanan bersama Rasul. Sebagian mereka berpuasa (sunah), sebagian yang lain tidak. Perjalanan sangat melelahkan karena matahari begitu terik. Mereka lantas berhenti di satu tempat untuk berteduh.
Sebagian menggunakan kain, sebagian lagi hanya menggunakan tangan mereka. Mereka yang puasa sangat kelelahan. Lalu, sahabat yang tidak puasa bergegas mendirikan bangunan, tempat berteduh, dan memberi minum kepada para musafir.
Nabi SAW mengapresiasi langkah para sahabat yang tidak puasa dan menyatakan mereka bakal mendapat pahala dari Allah SWT. (HR Bukhari dan Muslim).
Menurut Ibn Abbas, seperti dikutip banyak ahli tafsir, ibadah sosial, kesalehan sosial, atau ibadah ghair mahdhoh adalah silaturahim dan keluhuran budi pekerti (akhlak karimah), sebagaimana hadits Nabi Saw:
"Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada, iringilah keburukan dengan kebaikan niscaya menghapusnya dan pergauilah manusia dengan akhlak yang baik “ (HR. Ahmad, at-Tirmidzi, ad-Darimi, al-Hâkim, Thabrani, dari Abu Dzar al-Ghifâri).
Demikianlah keindahan risalah Islam, banyak memberikan pilihan pada kaum Muslim untuk melakukan kebaikan. Tentu saja, kebaikan utama dalam Islam yang tidak boleh ditinggalkan adalah Rukun Islam, utamanya sholat.
Muslim yang baik adalah yang seimbang antara ibadah formalnya dengan ibadah sosialnya. Seimbang antara hablum minallah dan hablum minannas-nya.
"Kehinaan akan ditimpakan kepada manusia di mana pun mereka berada kecuali kalau manusia itu menbina hubungan baiknya dengan Allah dan hubungan baiknya dengan sesama manusia…” (QS. Ali-lmran: 112).
Semoga kita mampu beribadah sosial dengan baik, juga istiqomah dalam ibadah mahdhah. Amin! Wallahu a'lam bish-shawabi. (www.risalahislam.com).*
Post a Comment