Mendengar kata “Gaza”, kita juga tidak membayangkan objek wisata di sana. Bagaimana mungkin Gaza jadi tujuan wisata? Bukankah itu wilayah perang?
Jalur Gaza sebenarnya menyimpan potensi wisata yang indah dan bersejarah, termasuk di kawasan pantainya.
Secara geografis, Jalur Gaza (Gaza Strip, Qita Ghazzah) adalah sebuah kawasan di pantai timur Laut Tengah, berbatasan dengan Mesir di sebelah barat daya (11 km), dan Israel di sebelah timur dan utara (51 km).
Jumlah penduduk Gaza berjumlah sekitar 1,7 juta jiwa. Mayoritas besar dan lahir di Gaza, selebihnya merupakan pengungsi dari wilayah lain Palestina yang menyelamatkan diri ke Gaza setelah meletusnya Perang Arab-Israel 1948.
Jalur Gaza merupakan bagian dari wilayah Palestina. Sejak Juli 2007, kelompok pejuang Hamas menjadi penguasa de facto di Jalur Gaza yang kemudian membentuk Pemerintahan Hamas di Gaza.
Gaza City (Kota Gaza) adalah kota terbesar di Jalur Gaza. Kota ini memiliki penduduk sekitar 410.000 jiwa. Bani Hashim, nenek moyang dari Nabi Muhammad Saw, diyakini dimakamkan di Gaza City.
Di Gaza City ada sejumlah pusat budaya, masjid bersejarah, dan museum:
The Rashad Shawa Cultural Center.
Jumlah penduduk Gaza berjumlah sekitar 1,7 juta jiwa. Mayoritas besar dan lahir di Gaza, selebihnya merupakan pengungsi dari wilayah lain Palestina yang menyelamatkan diri ke Gaza setelah meletusnya Perang Arab-Israel 1948.
Jalur Gaza merupakan bagian dari wilayah Palestina. Sejak Juli 2007, kelompok pejuang Hamas menjadi penguasa de facto di Jalur Gaza yang kemudian membentuk Pemerintahan Hamas di Gaza.
Gaza City (Kota Gaza) adalah kota terbesar di Jalur Gaza. Kota ini memiliki penduduk sekitar 410.000 jiwa. Bani Hashim, nenek moyang dari Nabi Muhammad Saw, diyakini dimakamkan di Gaza City.
Objek Wisata Gaza City
Objek Wisata di Gaza City berupa gedung-gedung bersejarah dan keindahan taman-taman kota. Jalur Gaza sendiri terkenal dengan pantainya, Madinatul Azda atau Pantai Wisata Warga Gaza.Di Gaza City ada sejumlah pusat budaya, masjid bersejarah, dan museum:
The Rashad Shawa Cultural Center.
Terletak di Rimal, dibangun tahun 1988, dan dinamai pendirinya, mantan walikota Rashad al-Shawa. Sebuah bangunan berlantai dua dengan rencana segitiga, pusat kebudayaan melakukan tiga fungsi utama: pertemuan tempat untuk pertemuan-pertemuan besar selama festival tahunan, tempat pameran panggung, dan perpustakaan.
Pusat Kebudayaan Prancis.
Pusat Kebudayaan Prancis.
Simbol kemitraan dan kerja sama Perancis di Gaza. Ini memegang pameran seni, konser, pemutaran film, dan kegiatan lainnya. Bila mungkin, seniman Perancis diundang untuk menampilkan karya seni mereka, dan lebih sering, seniman Palestina dari Jalur Gaza dan Tepi Barat diundang untuk berpartisipasi dalam kompetisi seni.
Arts and Crafts Village
Arts and Crafts Village
Desa Seni dan Kerajinan. Didirikan tahun 1998, ia merupakan pusat budaya anak-anak Gaza dengan tujuan mempromosikan dokumentasi seni kreatif yang komprehensif, teratur, dan berkala dalam segala bentuknya. Saat ini terorganisasi sekitar 100 pameran untuk seni kreatif, keramik, grafis, ukiran, dan lain-lain. Hampir 10.000 anak dari seluruh Jalur Gaza telah memperoleh manfaat darinya.
The Gaza Theater.
The Gaza Theater.
Dibiayai oleh kontribusi dari Norwegia, dibuka tahun 2004. Sebagian besar dananya bergantung pada sumbangan dari badan-badan bantuan asing. Yayasan Qattan, sebuah seni Palestina amal, menjalankan beberapa lokakarya di Gaza untuk mengembangkan bakat artistik muda dan memberikan keterampilan kepada guru drama. The Gaza Theater Festival diresmikan tahun 2005.
The Museum of Archaeology Gaza.
The Museum of Archaeology Gaza.
Didirikan oleh Jawdat N. Khoudary, dibuka pada musim panas 2008. Ada ribuan item, termasuk patung, gambar dewa kuno, dan barang antik lainnya.
The Water Park Gila.
The Water Park Gila.
Dibuka tahun 2010, namun dibakar oleh sekelompok 40 pria bertopeng, tapi kembali dibuka sebulan kemudian.
Masjid Agung Gaza
Masjid Agung Gaza
Nama resminya Jāmi’ Ghazza al-Kabīr, dikenal juga sebagai Masjid Agung ‘Umari (Jāmi’ al-ʿUmarī al-Kabīr), di di Kota Tua (Old City). Bekas kuil pagan dan gereja Ortodoks Yunani ini dijadikan masjid di abad ke-8.
Tentara Salib mengubahnya menjadi sebuah gereja, tapi dibangun kembali sebagai masjid segera setelah penaklukan Gaza oleh tentara Muslim. Masjid ini terletak di tengah pasar dan jalan-jalan yang sibuk.
Warga Gaza menyebutnya Masjid ‘Umari karena Khalifah ‘Umar bin Khattab pernah singgah di tempat ini, shalat, dan lalu mengubah gereja Romawi Byzantium yang sudah berusia 200 tahun dan sepi menjadi masjid. Dikisahkan, waktu itu Khalifah ‘Umar sedang dalam perjalanan menuju Masjid Al-Aqsha yang baru dibebaskan pasukan Islam.
Masjid ‘Umari Jabaliya.
Warga Gaza menyebutnya Masjid ‘Umari karena Khalifah ‘Umar bin Khattab pernah singgah di tempat ini, shalat, dan lalu mengubah gereja Romawi Byzantium yang sudah berusia 200 tahun dan sepi menjadi masjid. Dikisahkan, waktu itu Khalifah ‘Umar sedang dalam perjalanan menuju Masjid Al-Aqsha yang baru dibebaskan pasukan Islam.
Masjid ‘Umari Jabaliya.
Ada di bagian utara Gaza. Masjid ‘Umari Jabaliya adalah tempat pertama kali meletus gelombang Intifadhah Palestina 1987.
Masjid Hashim.
Masjid Hashim.
Diyakini sebagai tempat dimakamkan leluhur Nabi Muhammad Saw, Hashim bin Abdul al-Manaf.
Madinatul Azda: Favorit Warga Gaza
Tempat bersantai paling asyik warga Gaza adalah Madinatul Azda, pantai wisata warga Gaza atau kawasan rekreasi pantai di tepi Laut Mediterania. Pantai inilah yang biasanya dikunjungi warga Gaza untuk bertamasya. Suhu air lautnya dingin.
Kota rekreasi seluas lebih dari 50 hektare ini didirikan Pemerintah Palestina di Gaza pimpinan Perdana Menteri Ismail Haniyah. Pantai ini berada di utara Gaza. Dari sini juga tampak Pelabuhan Ashdod yang dikuasai Israel di arah utara.
Madinatul Azda: Favorit Warga Gaza
Tempat bersantai paling asyik warga Gaza adalah Madinatul Azda, pantai wisata warga Gaza atau kawasan rekreasi pantai di tepi Laut Mediterania. Pantai inilah yang biasanya dikunjungi warga Gaza untuk bertamasya. Suhu air lautnya dingin.
Kota rekreasi seluas lebih dari 50 hektare ini didirikan Pemerintah Palestina di Gaza pimpinan Perdana Menteri Ismail Haniyah. Pantai ini berada di utara Gaza. Dari sini juga tampak Pelabuhan Ashdod yang dikuasai Israel di arah utara.
Tempat rekreasi ini tidak memiliki fasilitas hiburan layaknya taman bermain. Yang ada hanya ayunan. Namun, di sinilah keluarga Palestina menghabiskan waktu mereka berlibur. (Berbagai sumber, www.risalahislam.com).*
Post a Comment