Malam Qodar bernilai lebih baik dari Seribu Bulan. Hanya ada di Bulan Ramadhan. Malam bersejarah saat Quran pertama kali diturunkan. Apa saja ciri & tandanya?
SECARA etimologis (harfiyah) ‘Lailatul Qodar’ artinya “malam ukuran” atau ”malam penetapan”.
Secara terminologis (maknawi), para ulama memaknai Lailatul Qodar dengan sebutan "malam yang agung" atau "malam yang mulia".
Lailatul Qodar juga bermakna ”Malam Penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia” karena diturunkannya Al-Quran pada malam itu (QS. Al-Qodar:1-5) dipahami sebagai ”penetapan jalan hidup manusia”, yakni jalan hidup manusia harus sesuai dengan panduan Al-Quran.
Pada malam itu, para malaikat --termasuk “ruh” (Jibril)-- turun ke bumi untuk menghampiri dan mengucapkan salam kepada hamba-hamba Allah yang sedang Qiyamul Lail atau melakukan dzikir. Pada malam itu, pintu-pintu langit dibuka, Allah menerima tobat para hamba-Nya (HR. Abdullah bin Abbas).
Waktu Lailatul Qodar
Allah SWT dan Rasul-Nya menyatakan waktu malam Qodar ini "misteri". Allah SWT tidak menentukan tanggal atau kapan persisnya malam kemuliaan itu tiba.
Para ulama juga berbeda pendapat tentang kapan persis terjadinya Lailatul Qodar karena beragamnya informasi hadits Rasulullah Saw serta pemahaman para sahabat:
Tanda-Tanda Malam Lailatul Qodar
Tanda-tanda Lailatul Qodar itu antara lain suasana malam itu terasa jernih, terang, tenang, cuaca sejuk, tidak terasa panas, tidak juga dingin. Pada pagi harinya matahari terbit dengan jernih, terang-benderang, tanpa tertutup awan (HR. Muslim, Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidzi).
Demi menggapai Lailatul Qodar, umat Islam diizinkan untuk hidup seperti pertapa, yakni i’tikaf, mengurung diri di dalam masjid, menyibukkan diri dengan sholat, dzikir, doa, dan pengkajian Al-Quran dan As-Sunnah, juga menggali hikmah di balik segala fenomena kehidupan, serta menjauhi segala urusan duniawi.
Tanda Penemu: Berubah Lebih Baik
Orang yang menemui Lailatul Qodar akan berubah kehidupannya menjadi jauh lebih baik dan mulia. Para malaikat yang ”menemu jiwanya” malam itu, akan tetap hadir memberikan bimbingan dalam hidupnya hingga akhir hayat.
Dengan kehadiran “semangat kebaikan” yang ditanamkan atau dibisikkan malaikat itu, bisikan nafsu dan setan akan terpinggirkan, takkan mampu mengalahkan pengaruh bisikan kebaikan malaikat.
Pandangan demikian mendapatkan “pembenaran sejarah”. Lailatul Qodar yang ditemui Muhammad Saw pertama kali adalah ketika beliau menyendiri di Gua Hira, merenung tentang kondisi diri sendiri dan masyarakat.
Dalam kesucian dirinya, turunlah “Ar-Ruh” (Malaikat Jibril) membawa wahyu sehingga terjadilah perubahan total hidup Muhammad sekaligus mengubah peradaban dunia.
Semoga kita diberi kesempatan bertemu dengan malam Lailatul Qodar, malam seribu bulan, malam penuh kemuliaan dan keberkahan, sehingga kita bisa berubah ke arah kehidupan yang lebih baik dan mulia. Amin....! Wallahu a’lam bish-shawabi. (http://www.risalahislam.com).*
SECARA etimologis (harfiyah) ‘Lailatul Qodar’ artinya “malam ukuran” atau ”malam penetapan”.
Secara terminologis (maknawi), para ulama memaknai Lailatul Qodar dengan sebutan "malam yang agung" atau "malam yang mulia".
Lailatul Qodar juga bermakna ”Malam Penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia” karena diturunkannya Al-Quran pada malam itu (QS. Al-Qodar:1-5) dipahami sebagai ”penetapan jalan hidup manusia”, yakni jalan hidup manusia harus sesuai dengan panduan Al-Quran.
Pada malam itu, para malaikat --termasuk “ruh” (Jibril)-- turun ke bumi untuk menghampiri dan mengucapkan salam kepada hamba-hamba Allah yang sedang Qiyamul Lail atau melakukan dzikir. Pada malam itu, pintu-pintu langit dibuka, Allah menerima tobat para hamba-Nya (HR. Abdullah bin Abbas).
Menurut Anas bin Malik, yang dimaksud dengan keutamaan Lailatul Qodar adalah ibadah seperti shalat, tilawah Al-Qur'an, dzikir, dan amal sosial (seperti zakat, infak, sedekah) yang dilakukan pada malam itu lebih baik dibandingkan amal serupa yang dilakukan selama seribu bulan.
Waktu Lailatul Qodar
Allah SWT dan Rasul-Nya menyatakan waktu malam Qodar ini "misteri". Allah SWT tidak menentukan tanggal atau kapan persisnya malam kemuliaan itu tiba.
Para ulama juga berbeda pendapat tentang kapan persis terjadinya Lailatul Qodar karena beragamnya informasi hadits Rasulullah Saw serta pemahaman para sahabat:
- Malam ke-27 (HR. Iman Ahmad, Thabroni, dan Baihaqi).
- Malam 17 Ramadhan, malam diturunkannya Al-Quran (Nuzulul Quran).
- Malam ganjil di 10 hari terakhir Ramadhan (HR. Bukhori, Muslim, dan Baihaqi).
- Malam tanggal 21 Ramadhan
- Malam tanggal 23 Ramadhan.
- Pada tujuh malam terakhir (HR Bukhari dan Muslim).
Sebagai pegangan, kita bisa menarik kesimpulan, Lailatul Qodar terjadi pada malam ganjil dalam 10 terakhir bulan Ramadhan. Dengan demikian, “perburuan” malam itu bisa dilakukan mulai malam ke-21 hingga ke-29 Ramadhan, utamanya dengan i’tikaf di masjid.
Tanda-Tanda Malam Lailatul Qodar
Tanda-tanda Lailatul Qodar itu antara lain suasana malam itu terasa jernih, terang, tenang, cuaca sejuk, tidak terasa panas, tidak juga dingin. Pada pagi harinya matahari terbit dengan jernih, terang-benderang, tanpa tertutup awan (HR. Muslim, Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidzi).
Tanda yang paling jelas tentang kehadiran Lailatul Qodar bagi seseorang adalah kedamaian dan ketenangan batinnya sehingga benar-benar menikmati kedekatan dengan Allah melalui ibadah pada malam itu.
Demi menggapai Lailatul Qodar, umat Islam diizinkan untuk hidup seperti pertapa, yakni i’tikaf, mengurung diri di dalam masjid, menyibukkan diri dengan sholat, dzikir, doa, dan pengkajian Al-Quran dan As-Sunnah, juga menggali hikmah di balik segala fenomena kehidupan, serta menjauhi segala urusan duniawi.
Tanda Penemu: Berubah Lebih Baik
Orang yang menemui Lailatul Qodar akan berubah kehidupannya menjadi jauh lebih baik dan mulia. Para malaikat yang ”menemu jiwanya” malam itu, akan tetap hadir memberikan bimbingan dalam hidupnya hingga akhir hayat.
Dengan kehadiran “semangat kebaikan” yang ditanamkan atau dibisikkan malaikat itu, bisikan nafsu dan setan akan terpinggirkan, takkan mampu mengalahkan pengaruh bisikan kebaikan malaikat.
Pandangan demikian mendapatkan “pembenaran sejarah”. Lailatul Qodar yang ditemui Muhammad Saw pertama kali adalah ketika beliau menyendiri di Gua Hira, merenung tentang kondisi diri sendiri dan masyarakat.
Dalam kesucian dirinya, turunlah “Ar-Ruh” (Malaikat Jibril) membawa wahyu sehingga terjadilah perubahan total hidup Muhammad sekaligus mengubah peradaban dunia.
Semoga kita diberi kesempatan bertemu dengan malam Lailatul Qodar, malam seribu bulan, malam penuh kemuliaan dan keberkahan, sehingga kita bisa berubah ke arah kehidupan yang lebih baik dan mulia. Amin....! Wallahu a’lam bish-shawabi. (http://www.risalahislam.com).*
Post a Comment