Panduan Shalat Idul Fitri dan Merayakan Lebaran. Apa hukumnya Malam Takbiran?
YANG dimaksud amalan sunah saat Lebaran atau Idul Fitri adalah amalan yang dilakukan Rasulullah Saw dan para sahabat, ketika "merayakan" hari raya umat Islam ini.
Dari berbagai sumber, kita bisa menemukan amalan yang dicontohkan dan dianjurkan Rasulullah Saw menjelang dan/atau saat lebaran antara lain sebagai berikut:
Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan, “Setiap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak berangkat shalat Idul Fitri, beliau makan beberapa kurma, dan beliau makan dengan jumlah ganjil.” (HR. Al-Bukhari)
Dari Buraidah, beliau berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berangkat menuju shalat Idul Fitri sampai beliau makan terlebih dahulu. Ketika Idul Adha, beliau tidak makan sampai shalat dahulu.” (HR. At-Turmudzi dan Ibnu Majah).
Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata, “Rasulullah Saw pernah berangkat shalat ‘ied (Idul Fithri dan Idul Adha) bersama Al Fadhl bin ‘Abbas, ‘Abdullah bin’Abbas, ‘Ali, Ja’far, Al Hasan, Al Husain, Usamah bin Zaid, Zaid bin Haritsah, dan Ayman bin Ummi Ayman, mereka mengangkat suara membaca tahlil (laa ilaha illallah) dan takbir (Allahu Akbar).” [HR. Al Baihaqi].
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Termasuk sunnah: keluar menuju lapangan dengan jalan kaki dan makan sebelum berangkat (Idul Fitri).” (HR. At-Turmudzi dan Ibnu Majah)
"Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu melalui jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang (dari shalat) ‘ied. (Zadul Ma’ad)
“Nabi Saw memerintahkan kepada kami pada saat shalat ‘ied (Idul Fithri ataupun Idul Adha) agar mengeluarkan para gadis (yang baru beanjak dewasa) dan wanita yang dipingit, begitu pula wanita yang sedang haidh. Namun beliau memerintahkan pada wanita yang sedang haidh untuk menjauhi tempat shalat.“ [HR Muslim]
An-Nawawi as-Syafii dalam Al Majmu 5/48 mengatakan, “Pendapat mayoritas ulama adalah tidak ada takbiran saat malam Ied, takbiran hanya dilakukan saat berangkat menuju tempat shalat Ied”.
Contoh dari Nabi Saw, sebagaimana poin 4 di atas, "takbiran" dilakukan dalam perjalanan menuju tempat shalat Id, bukan malam hari sebelum hari lebaran.
"Jumhur ulama berpendapat: disunnahkan bahkan bertakbir dengan nyaring di mana pun, di rumah, di pasar, di jalan-jalan, di masjid ketika menjelang dilaksanakannya salat id." (Fikhul-Islam wa Adillatuh karya Prof. DR. Wahbah Zuhayli). Wallahu a'lam bish-showabi. (Dari berbagai sumber, www.risalahislam.com).*
Baca Juga: Hukum Ucapan Selamat Idul Fitri
YANG dimaksud amalan sunah saat Lebaran atau Idul Fitri adalah amalan yang dilakukan Rasulullah Saw dan para sahabat, ketika "merayakan" hari raya umat Islam ini.
Dari berbagai sumber, kita bisa menemukan amalan yang dicontohkan dan dianjurkan Rasulullah Saw menjelang dan/atau saat lebaran antara lain sebagai berikut:
1. Mandi
Dianjurkan untuk mandi sebelum berangkat shalat Id. Ibnul Qayyim mengatakan, “Terdapat riwayat yang shahih yang menceritakan bahwa Ibnu ‘Umar yang dikenal sangat mencontoh ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mandi pada hari ‘ied sebelum berangkat shalat.” [Zaadul Ma’ad fii Hadyi Khoiril ‘Ibad]2. Makan
Makan sebelum berangkat ke tempat Shalat Idul Fitri. Dari ‘Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, ia berkata, “Rasulullah Saw biasa berangkat shalat ‘ied pada hari Idul Fithri dan beliau makan terlebih dahulu. Sedangkan pada hari Idul Adha, beliau tidak makan lebih dulu kecuali setelah pulang dari shalat ‘ied baru beliau menyantap hasil qurbannya.” [HR. Ahmad]Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan, “Setiap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak berangkat shalat Idul Fitri, beliau makan beberapa kurma, dan beliau makan dengan jumlah ganjil.” (HR. Al-Bukhari)
Dari Buraidah, beliau berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berangkat menuju shalat Idul Fitri sampai beliau makan terlebih dahulu. Ketika Idul Adha, beliau tidak makan sampai shalat dahulu.” (HR. At-Turmudzi dan Ibnu Majah).
Hikmah dianjurkan makan sebelum berangkat shalat Idul Fithri adalah agar tidak disangka bahwa hari tersebut masih hari berpuasa. Sedangkan untuk shalat Idul Adha dianjurkan untuk tidak makan terlebih dahulu adalah agar daging qurban bisa segera disembelih dan dinikmati setelah shalat ‘ied. [Shahih Fiqh Sunnah].
3. Mengenakan Pakaian Terbaik
Berhias diri dan memakai pakaian yang terbaik. Ibnul Qayyim mengatakan, “Nabi Saw biasa keluar ketika shalat ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha dengan pakaiannya yang terbaik.” [Zaadul Ma’ad fii Hadyi Khoiril ‘Ibad,]4. Takbir dalam Perjalanan ke Tempat Shalat Id
Bertakbir ketika keluar hendak shalat ‘ied. Dalam suatu riwayat disebutkan, “Nabi Saw biasa keluar hendak shalat pada hari raya ‘Idul Fithri, lantas beliau bertakbir sampai di lapangan dan sampai shalat hendak dilaksanakan. Ketika shalat hendak dilaksanakan, beliau berhenti dari bertakbir.” [As Silsilahh Ash Shahihah]Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata, “Rasulullah Saw pernah berangkat shalat ‘ied (Idul Fithri dan Idul Adha) bersama Al Fadhl bin ‘Abbas, ‘Abdullah bin’Abbas, ‘Ali, Ja’far, Al Hasan, Al Husain, Usamah bin Zaid, Zaid bin Haritsah, dan Ayman bin Ummi Ayman, mereka mengangkat suara membaca tahlil (laa ilaha illallah) dan takbir (Allahu Akbar).” [HR. Al Baihaqi].
5. Berjalan Kaki Menuju Tempat Shalat Id
Dari Sa’ad radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menuju lapangan dengan berjalan kaki, dan beliau pulang juga dengan berjalan. (HR. Ibnu Majah)Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Termasuk sunnah: keluar menuju lapangan dengan jalan kaki dan makan sebelum berangkat (Idul Fitri).” (HR. At-Turmudzi dan Ibnu Majah)
6. Jalan yang Berbeda
Berangkat dan pulang melewati jalan yang berbeda, sebagaimana hadits Jabir radliyallahu ‘anhu. (HR. Al-Bukhari)"Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu melalui jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang (dari shalat) ‘ied. (Zadul Ma’ad)
7. Mengajak Semua Orang ke Tempat Shalat Id
Ini untuk syi'ar sekaligus silaturahmi dan bergembira, dalam semangat ukhuwah Islamiyah.
Bagaimana dengan Malam Takbiran?
Ada dua pendapat di kalangan ulama: boleh dan tidak boleh.An-Nawawi as-Syafii dalam Al Majmu 5/48 mengatakan, “Pendapat mayoritas ulama adalah tidak ada takbiran saat malam Ied, takbiran hanya dilakukan saat berangkat menuju tempat shalat Ied”.
Contoh dari Nabi Saw, sebagaimana poin 4 di atas, "takbiran" dilakukan dalam perjalanan menuju tempat shalat Id, bukan malam hari sebelum hari lebaran.
Yang pasti, mengagungkan Asma Allah (takbir) usai Ramadhan diperintahkan dalam Al-Quran:
"Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya (puasa) dan hendaklah kamu mengagungkan Allah (bertakbir) atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu.” (QS. Al-Baqarah: 185).
"Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya (puasa) dan hendaklah kamu mengagungkan Allah (bertakbir) atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu.” (QS. Al-Baqarah: 185).
Ayat ini menjelaskan bahwasanya ketika orang sudah selesai menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadlan maka disyariatkan untuk mengagungkan Allah dengan bertakbir. Atas dasar ayat tersebutlah ulama membolehkan takbiran di masjid atau "malam takbiran".
Dalam tafsir Al-Jami` Li Ahkamil Quran karya Al-Qurthubi jilid 2 halaman 302 disebutkan bahwa ayat ini telah menjadi dasar masyru`iyah atas ibadah takbir di malam `Ied, terutama `Iedul Fithri.
Baca Juga: Hukum Ucapan Selamat Idul Fitri
Post a Comment